Hiduplah sebagai Orang Merdeka (1 Petrus 2:11-17)

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Selamat merayakan HUT Republik Indonesia yang ke-80 tahun. Satu pertanyaan renungan untuk kita di tengah perayaan kemerdekaan RI: apa makna kemerdekaan bagi saudara/i. Mungkin ada di antara kita akan berkata bebas dari penjajahan. Ada juga yang mungkin berkata bebas sebebasbebasnya. Entah kita mau mengujar kebencian, berkata hoax, atau menghina dan memfitnah orang harus bebas dilakukan. Di tengah pengamatan saya, ini nampaknya yang dianut oleh orang-orang di masa kini. Oleh karena itu banyak di media televisi terjadi perdebatan atar elit politik di tanah air. Atau ada juga yang mungkin berkata kita memiliki kebebasan di dalam membangun dan memajukan bangsa lewat kekayaan alam dan pengetahuan yang kita miliki.

Pertanyaan renungan di atas membawa kita kepada teks khotbah minggu ini. Surat Rasul Petrus yang pertama ini kepada orang-orang Kristen perdana yang ada di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia (lih. 1:1). Namun, saat ini, surat Rasul Petrus ini sampai kepada kita, orang percaya yang berada di seluruh penjuru dunia. Surat ini merupakan surat penggembalaan kepada orang-orang Kristen perdana. Fungsinya adalah untuk mengajar ajaran yang benar dan memberikan nasehat kepada pelayan dan jemaat.

Di dalam teks khotbah minggu ini, Rasul Petrus mengajarkan bagaimana sesungguhnya hidup orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Rasul Petrus berpesan agar kita hidup sebagai orang yang Merdeka (ay. 16). Apa dan bagaimana hidup orang yang Merdeka itu? Inilah yang akan kita renungkan lewat khotbah minggu ini.

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Allah yang menetapkan Pemerintah.

Minggu ini kita diajarkan bahwa pemerintah itu ditetapkan oleh Allah. Rasul Petrus secara tegas mengatakan agar kita “tunduk” kepada semua lembaga manusia karena Allah. Kenapa? Rasul Paulus di dalam suratnya ke jemaat Roma memberikan penjelasan yang konkret. Rasul Paulus mengingatkan bahwa pemerintah berasal dari Allah (Roma 13:1). Pemerintah bahkan disebut sebagai hamba Allah (Roma 13:4). Pengajaran dari Rasul Paulus dan juga Rasul Petrus pada teks khotbah ini menegaskan bahwa pemerintah itu ditetapkan oleh Allah. Allah yang kita sembah itu adalah Allah yang menetapkan pemerintah. Rasul Paulus bahkan secara tegas mengatakan bahwa tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah (Roma 13:1). Lantas bagaimana dengan pemerintahan yang jahat dan tidak adil? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus memilah dulu apa fungsi dari pemerintahan yang ditetapkan Allah dan pemerintah yang bagaimana yang Allah tetapkan. Rasul Petrus pada ay. 14 mengungkapkan bahwa semua lembaga manusia ditetapkan untuk menghukum yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Artinya, pemerintah menjunjung tinggi kebaikan. Kata Yunani yang digunakan adalah agatopoios dari kata agathos berarti baik atau kebaikan. Kebaikan itu adalah sesuatu yang berjalan sesuai dengan hakikatnya. Ketika sesuatu tidak berjalan dengan hakikatnya, maka sesuatu itu tidak baik atau keluar dari keadaan atau tatanan awalnya. Ini juga yang terjadi pada manusia, ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Manusia berdosa keluar dari hakikat keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah ditetapkan Allah untuk mengingatkan manusia agar berjalan di jalan kebaikan.

Lantas, bagaimana dengean pemerintah yang jahat dan tidak adil? Ini perlu kita bedakan dengan hakikat pemerintah yang ditetapkan oleh Allah. Jika hakikatnya untuk menjaga kebaikan di tengah manusia. Maka pemerintahan yang jahat dan tidak adil telah keluar dari hakikat atau panggilannya. Rasul Paulus dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan (lih. Roma 13:4). Paulus juga menggunakan kata agathos di sini. Artinya pemerintahan itu sudah seharusnya baik di mana keadilan dan kebaikan dijunjung tinggi.

Di tengah perayaan kemerdekaan RI ke-80 ini, kita, masyarakat diajak untuk merenung apakah pemerintah kita sudah menjalankan hakikat atau panggilannya untuk menegakkan kebaikan di tengah masyarakat atau justru menindas masyarakat dengan tindakan korupsi. Mari kita doakan agar pemerintah kita berjalan di jalan kebaikan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

2. Hiduplah sebagai Hamba Allah.

Pada poin yang kedua ini, kita dipanggil untuk menjadi hamba Allah. Hidup orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah hidup yang menjadi hamba Allah. Kata yang digunakan adalah doulos berarti budak atau hamba. Seorang hamba tunduk dan patuh kepada tuannya. Konsep doulos atau budak adalah konsep yang terjadi di masa pemerintahan Yunani-Romawi di mana perbudakan merupakan hal yang biasa. Hidup seorang budak berada di tangan tuannya. Tentu perbudakan tidaklah relevan lagi di zaman kita masa kini dan bahkan kita haruslah melawan perbudakan. Akan tetapi konsep hamba di sini mengingatkan kita bagaimana seharusnya menjadi seorang hamba. Seorang hamba tunduk kepada tuannya sebab tuannya memiliki kuasa atas hidupnya. Seorang hamba mengetahui apa kehendak Allah, yakni berbuat baik (ay. 15), menghormati semua orang, mengasihi saudara-saudara, takut akan Allah, dan menghormati pemerintah (ay. 17).

3. Kita adalah orang Merdeka.

Berita sukacita bagi kita minggu ini adalah kita ini adalah orang-orang yang mrdeka. Rasul Petrus berseru agar hiduplah sebagai orang merdeka. Seruan ini memperlihatkan bahwa kit aini adalah orang yang Merdeka. Kita telah Merdeka dari dosa dan maut oleh Yesus Kristus yang telah disalibkan dan mati demi kita (Band. Roma 6:22). Kita telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba Allah. Oleh karena itu, kita patut bersyukur karena kita adalah orang-orang yang Merdeka.

Di tengah peryaan HUT RI ke-80, yang tepat hari ini, kita diajak untuk merenungkan arti kemerdekaan. Sebagai rakyat kita sudah sepatutnya memperingatinya dengan hidup sebagai hamba Allah yang dipanggil untuk melakukan kebaikan kepada sesama agar setiap orang di tanah air kita ini menrasakan kemerdekaan. Selain itu, kita juga dipanggil untuk memberitakan berita kemerdekaan, berarti memberitakan berita pembebasan. Pembebasan dari penindasan. Pembebasan dari ketidakadilan. Pembebasan dari kejahatan. Orang yang telah dimerdekaan haruslah membagikan kemerdekaan itu kepada sesama. Bukan malah menjadi penyandara dan pengungkung orang-orang kecil dan lemah.

Bagi pemerintah, kemerdekaan ini mengingatkan pemerintah akan apa hakikat pemerintah atau tugas dan panggilan pemerintah. Hakikatnya adalah menegakkan kebaikan dengan menjalankan pemerintahan yang adil dan beradab. Pemerintahan yang jahat dan korup adalah pemerintahan yang menyimpang dari tugas dan panggilannya. Pemerintahan yang demikian juga adalah pemerintahan yang tidak tunduk dan takut kepada Tuhan.

Marilah kita seluruh orang percaya mendoakan pemerintah agar takut dan tunduk kepada Tuhan. Biarlah pemerintah menjalankan tugasnya dengan rasa takut akan Tuhan agar pemerintahan berjalan dengan baik dan adil. Pemerintahan yang baik itu adalah pemerintahan yang tidak korup. Pemerintahan yang korup dimulai dari pejabat yang gila uang dan menjadi budak uang. Tuhan bukan lagi Allah bagi mereka melainkan uang. Biarlah para pejabat kita takut akan Tuhan dan menjauhi korupsi agar rakyat sejahtera dan menjadi negara yang maju.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Menjadi Manusia Baru di dalam Kristus (Kolose 3:5-11)