Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)
Bagi saudara/i yang suka menonton film di bioskop, tentu saudara/i tidak akan asing dengan film Avengers. Avengers adalah film tentang tim superhero yang memiliki misi balas dendam. Film Avengers terdiri dari beberapa series. Yang paling terkenal adalah seri yang terakhir, Endgame. Di seri ini, para superhero membalaskan dendam kepada Thanos yang telah menghancurkan setengah dari populasi bumi. Para superhero membalas dendam dan mengembalikan populasi bumi tersebut. Tentu ini hanya sebuah film fiksi. Namun, perhatian penonton begitu tinggi. Ya karena kita pada umumnya memang suka dengan film yang berbau balas dendam apalagi jika dilakukan oleh superhero favorit kita.
Nah, Firman Tuhan minggu ini berbicara tentang mengasihi musuh. Ini adalah sikap yang berlawanan dengan membalas dendam yang ada pada film Avengers atau film petempuran lainnya. Pesan yang disampaikan oleh Yesus sangat penting dan menarik. Penting karena kasih adalah hukum yang utama bagi kita yang mengikut Kristus (Bnd. Mat. 22:37-38). Menarik karena ini adalah keterbalikan dari hukum yang umum di tengah dunia ini, yakni balas membalas. Di dalam khotbah ini, kita juga diingatkan kenapa kita harus mengasihi dan bagaimana mengasihi yang diajarkan oleh Yesus.
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan bersama: Siapakah Tuhan di dalam teks ini? Apa yang bisa kita ubah di dalam hidupmu ke depan? Apa kabar sukacita dari firman ini bagi kita?
1. Tuhan kita adalah Allah yang sempurna (ay. 48)
Yesus berkata kamu harus sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Kata Yunani teleios dari kata telos berarti sempurna, lengkap, matang. Kata ini diasosiasikan dengan pencapaian terhadap suatu tujuan atau mencapai kondisi matang atau penuh. Di sini diterangkan bahwa Bapa kita yang adalah Tuhan yang menyatakan diri di dalam Kristus itu adalah sempurna. Sempurna di dalam segala hal karena dia adalah awal dan akhir (Bnd. Why. 1:8; 22:23). Dia memenuhi dunia ini lewat kehendak-Nya. Apa yang diperintahkan-Nya adalah matang dan tidak kurang sedikit pun untuk membuat dunia ini menjadi baru kembali. Apa yang diperintahkannya adalah untuk mencapai kondisi di mana ada damai sejahtera, seperti di sorga. Kata sorga menggunakan terminologi ouranios, yang diasosiasikan sebagai realitas Ilahi. Sehingga kondisi sorgawi itu adalah di mana ada kasih dan damai.
Yesus juga menyebutkan beberapa realitas dari dunia ini melalui hukum duniawi yang kita juga sering saksikan, yakni hukum balas membalas, “mata ganti mata dan gigi ganti gigi.” Hukum ini sering disebut Lex Talionis. Hukum Lex Talionis adalah hukum yang telah dijalankan sejak masa Babilonia kuno yang terdapat pada hukum Hammurabi. Hukum Hammurabi adalah hukum yang dipraktikkan pada masa Babilonia kuno. Hukum yang bisa menimbulkan pertikaian tanpa henti. Oleh karena itu, Tuhan kita adalah Allah yang sempurna, yang melihat kedamaian itu diperoleh lewat kasih bukan dengan membalas kejahatan dengan kejahatan.
2. Kasihilah Musuhmu! (ay. 44)
Setelah mengenal siapa Tuhan kita itu, maka kita diminta untuk melakukan aksi, yakni mengasihi musuh kita. Siapa musuhmu? Adakah musuhmu? Mungkin saja kita merasa tidak punya musuh. Ada Sebagian orang yang tak terlalu pusing dengan orang yang tidak menyukainya atau yang menjahatinya. Orang yang demikian mungkin menganggap itu bukanlah musuh. Ada Sebagian orang yang menganggap musuh adalah orang yang kita tidak sukai atau dendam kepadanya. Musuh bisa juga adalah mereka yang merancang perihal jahat kepada kita. Selain itu juga, musuh adalah orang yang sedih melihat kita senang. Musuh adalah mereka yang mempermalukan kita di depan umum. Musuh adalah mereka yang menginginkan kita dipecat, gagal, dan lain sebagainya. Apapun itu yang jahat dirancang atau dilakukan kepadamu, Yesus mengajarkan untuk tidak membalasnya, melainkan mengasihi mereka. Pertanyaannya adalah apakah segampang itu? Jujur ini pertanyaan yang semua kita di dalam kedagingan kita akan berkata sulit. Untuk itu kita perlu Tuhan kita yang sempurna itu. Jika kita mengenal dan mendengarkanNya, maka Roh-Nya akan menguatkan kita. Mengasihi orang yang belaku jahat kepada kita tentu tidak gampang. Itu bukanlah seperti membalikkan telapang tangan. Perlu pergumulan. Perlu penguasaan diri. Perlu merendahkan hati. Perlu berdamai dengan diri sendiri. Lewat mengasihi musuh kita memperlihatkan bahwa kita berbeda. Sebab apakah beda kita dengan mereka yang tidak mengenal Allah (Bnd. ay. 47). Mereka yang tidak mengenal Allah di dalam Yesus juga membalas kejahatan. Bukankah kita kudus, yang berarti berbeda atau terpisah dari kejahatan dunia ini? Kasihilah musuhmu dengan mengampuni dan mendoakannya.
3. Kamu adalah anak-anak Bapamu yang di sorga (ay. 45)
Mengasihi musuh adalah tanggung jawab anak-anak Allah di dalam Yesus. Ingatlah kabar sukacita bagi kita minggu ini adalah kita yang percaya kepada Yesus adalah anak-anak Bapa yang di sorga. Di dalam Yesus, kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Frasa anak-anak Bapa memperlihatkan keterikatan kita kepada Allah. Di dalam tradisi Batak, contohnya, anak tertentu identik dengan bapaknya. Anak tersebut akan disebut “anak ni si polan,” contohnya. Ketika disebut anak si polan, maka pikiran si penyebut adalah si polan, yang adalah bapa dari anak tersebut. Oleh karena itu, kita haruslah bangga dan bersukacita sebab kita ini adalah anak-anak Allah. Bapa kita yang di sorga mengangkat kita untuk menjadi berkat dan teladan bagi sekitar kita. Tugas utama kita lewat Firman minggu ini adalah tidak membalas yang jahat dengan yang jahat melainkan dengan yang baik. Bapa kita itu sempurna. Oleh karenanya kita juga diminta untuk sempurna.
Untuk menutup khotbah ini, saya punya pengalaman tentang senior ketika berkuliah. Senior saya itu arogan dan tidak suka senyum. Saya karena masih terlalu muda, tak menghiraukannya dan cuek setiap kali berpapasan. Namun, suatu ketika, setelah beberapa lama sering berpapasan, saya upayakan tersenyum. Lalu, selanjutnya senior tersebut ketika berpapasan dengan saya menegur saya setiap saat. Mungkin ini bisa menjadi contoh kecil bagaimana mengasihi musuh. Tentu sekali lagi kita harus berdamai dengan diri sendiri dan merendahkan hati agar perintah Tuhan ini mampu untuk kita lakukan.
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS
Comments
Post a Comment