Dipanggil Menjadi Penjala Manusia (Lukas 5:1-11)

Agustus 2024 yang lalu, saya dan teman-teman pergi memancing ke sebuah pantai yang terletak di New York City. Walaupun memancing bukan hobi saya, namun saya tertarik untuk menikmati pengalaman memancing di pantai dengan ombak yang deras dan angin yang kencang. Sayangnya, selama 3 jam memancing umpan udang yang disediakan teman tak satupun berhasil menarik minat ikan. Yah! Itulah memancing. Kadang beruntung kadang tidak. Memancing memang butuh kesabaran.

Teks khotbah kita minggu ini juga berbicara tentang memancing. Simon Petrus adalah seorang nelayan. Dia menggunakan jala ketika menangkap ikan. Suatu ketika Yesus naik ke perahu Simon. Di sana, Simon berjumpa dengan Yesus. Di tengah intereksi Yesus dan Simon, terjadi peristiwa yang luar biasa. Apa itu? Jaring yang dilemparkan Simon ke tengah laut menangkap banyak ikan. Di mana luar biasanya? Luar biasa karena Simon mengaku kepada Yesus bahwa dia telah sepanjang malam bekerja keras namun tidak mendapat apa-apa (lih. ay. 5a). Namun, ketika Yesus yang memerintahkan untuk melempar jala, akhirnya jala tersebut menjaring banyak ikan. Simon sempat ragu akan perkataan Yesus. Akan tetapi dia pada akhirnya melakukan perintah Yesus (lih. 5b). Pada akhir teks ini, Yesus memanggil dan mengutus Simon, Yakobus, dan Yohanes untuk menjadi penjala manusia (lih. ay. 10b). Apa sih yang ingin disampaikan kepada kita lewat kisah ini? Paling sedikit tigal pesan yang ingin bisa kita renungkan bersama. Mari kita renungkan dengan tiga pertanyaan ini: 1) Siapakah Tuhan yang hendak diberitakan di dalam teks ini? Apa yang bisa saudara/i ubah di dalam hidupmu untuk ke depan lewat teks ini? 3) Apa kabar sukacita yang diberitakan oleh firman ini bagi kita?

1. Allah adalah Pengutus kita untuk memberitakan Injil ke tengah dunia (Ay. 8)

Kabar tentang Yesus yang mengajar dan melakukan mujizat telah tersiar di sekitar Galilea (Bnd. Luk. 4:31-44). Oleh karenanya, banyak orang berbondong-bondong mengerumuninya hendak mendengarkan firman Allah (lih. Ay. 1). Simon sendiri juga sepertinya telah mendengar tentang Yesus sebelumnya. Terlebih Yesus telah menyembuhkan ibu mertuanya (Bnd. Luk. 4:38-41). Itu juga yang sepertinya mendorong Simon untuk percaya dan melemparkan jalanya ke tengah laut (lih. ay. 5b). Simon pada awalnya memanggil Yesus “Guru” (5a); di dalam bhs. Yunani Epistata dari kata Epistates. Di dunia Yunani-Romawi, Epistates disematkan kepada seseorang yang memiliki posisi atau otoritas tertentu. Kemudian, Simon memanggil Yesus “Tuhan” (8b), dalam bhs. Yun. Kyrie dari kata Kurios. Istilah ini juga disematkan kepada seseorang yang memiliki otoritas terhadap yang lain, dan sering digunakan untuk merujuk kepada Tuhan. Di dalam Alkitab Perjanjian Baru, sebutan Kurios disematkan kepada Yesus untuk menekankan hakikat keilahiannya.

Simon sendiri menyebut Yesus sebagai Tuhan setelah mengalami kejadian besar di dalam hidupnya, yakni jalanya menangkap banyak sekali ikan. Ikan amat dibutuhkan nelayan untuk bertahan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Simon yang mengalami kebesaran Tuhan di dalam Yesus justru takut dan merasa tidak layak bersama Yesus. Sebab Simon berkata, “aku ini seorang berdosa.” Alkitab tak mencatat dosa apa yang membuat dirinya merasa tidak layak untuk bersama Yesus. Akan tetapi, Alkitab justru mencatat bagaimana peran Simon Petrus sebagai salah satu murid yang terdekat dengan Yesus dan pemimpin bagi kedua belas murid Yesus (bnd. (Mat 15:15; 16:16; Mark 8:29; Luk 9:20; Mat 18:21; 19:27; Mark 10:28; and Luk 18:28; 12:41).

Ada dua hal yang perlu untuk kita ingat lewat kisah Simon ini. Pertama, Tuhan memanggil kita lewat peristiwa luar biasa di dalam kita masing-masing. Yang pasti Dia telah dan akan menunjukkan kebesaran-Nya atas apapun yang saudara/i sedang alami. Banyak orang yang mungkin mengatakan sesuatu hal yang terjadi di dalam dirinya hanya kebetulan. Namun, lewat Firman hari ini. Tuhan ingin ingatkan kita bahwa itu tidak kebetulan. Namun, itu Dia, Tuhan yang sedang memanggimu. Kedua, mengakui kekuranganmu. Dengan mengakui kekurangan kita, kita sadar bahwa kita tak layak. Namun, Tuhan melayakkan kita untuk menjalani panggilan kita. Panggilan kita lewat pekerjaan, tanggung jawab, dan keahlian kita masing-masing.

2. Tinggalkan segala hal yang merintangimu dalam menjalankan panggilanmu (Ay. 11)

Ay. 11 mencatat bahwa Simon, Yakobus, dan Yohannes meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus. Kata yang digunakan adalah Panta dari kata Pas berarti semua, seluruh, setiap apapun. Kenapa mereka harus meninggalkan segala sesuatu? Kata semua di sini mencakup dua hal, yakni: material dan Non-material. Sebab, keduan bentuk tersebut dapat menghalangi kita dalam menjalankan tugas panggilan. Perihal materi misalnya seperti uang, emas, berlian, dan harta benta lainnya. Tentu meninggalkan semuanya di sini sebaiknya dimaknai dengan “tidak menjadikan segala sesuatu yang kita miliki sebagai penghalang mengikut Yesus dan melakukan panggilan-Nya. Jangan sampai saudara/i mengatakan kita tidak butuh lagi materi dan sebagainya. Bukan itu yang dimaksudkan di dalam konteks kita masa kini. Melainkan ay. 11 ini hendak mengingatkan kita agar kita menyerahkan segala yang kita butuhkan kepada Tuhan yang telah memanggil dan mengutus kita. Selain itu juga, meinggalkan semuanya juga bisa dimaknai bahwa Tuhanlah yang akan mencukupkan kebutuhan kita. Oleh karena itu, kita tak perlu kuatir.

Selanjutnya, perihal non-material seperti beban moral, luka batin, masa lalu yang kelam, kenangan pahit, kebiasan buruk, malas, dsb. Seringkali semuanya ini membuat kita terhambat untuk menjalankan panggilan kita untuk memberitakan Injil di tengah pekerjaan dan tanggung jawab kita. Dengan semuanya itu, kita sering beralasan kita tidak layaklah, kita tidak mampulah, kita bukan orang baiklah, dan lain-lain. Demikian Simon dengan keberdosaannya, dia meninggalkannya untuk mengikut Yesus. Sebab, Yesus yang melayakkannya menjalankan tugas panggilannya menjadi penjala manusia. Mengubah kebiasaan buruk dan malas juga menjadi bagian yang seringkali menghambat kita untuk mengikut Yesus. Oleh karena itu, kita diminta untuk meninggalkan itu semua ketika kita mengikut Yesus.

3. Jangan Takut sebab Tuhan akan memampukan dan menguatkanmu (Ay. 10b)

Berita sukacita yang diproklamasikan kepada kita saat ini adalah ”Jangan takut.” Jika Simon berkata dia berdosa. Lantas Yesus menjawab jangan takut berarti dosanya diampuni. Atau, seruan Yesus ini juga bisa kita maknai dengan mengingat bahwa Tuhan yang akan memampukan, menguatkan, dan mencukupkan dalam menjalankan tugas panggilan sehingga Simon tak perlu takut.

Demikian juga kita, firman Tuhan datang kepada kita secara pribadi menyapa kita saat ini, “jangan takut!” Apakah yang kamu takutkan saat ini? Takut tidak ada pekerjaan? Takut tak punya jodoh? Takut anak-anakmu sulit hidupnya? Takut kehilangan harta? Takut besok tak makan? Takut usahamu bangkrut? Mari sebutkan dalam hati saudara/i. Apapun itu ketakutanmu, Yesus mengatakan saat ini juga kepada saudara/i “jangan takut!” Sebab Tuhan yang memampukanmu dan menguatkanmu serta mencukupkanmu. Memampukan dengan hikmat Allah agar kita mampu memberitakan Injil dengan penuh hikmat di tengah sekitar kita. Menguatkan kita agar kita punya daya tahan dalam menghadapi badai tantangan. Mencukupkan dengan apa yang kita butuhkan agar kita tidak kekurangan. Sungguh, Yesus tidak menyebutkan bahwa tugas itu akan mudah. Akantetapi Dia justru berkata “jangan takut!”

Ingatlah, panggilan kita adalah menjadi penjala manusia lewat pekerjaan, tanggung jawab, dan keahlian kita masing-masing. Kita dipanggil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa di sekitar kita. Memberi terang dan garam. Mengulurkan tangan dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Memotivasi mereka yang putus asa. Memimpin mereka yang tersesat. Mendoakan mereka yang sakit. Mengobati mereka yang terluka. Banyak hal yang bisa lakukan dengan hal terkecil sekalipun untuk memberitakan Injil ke tengah dunia ini.

Ombak, pasang, surut, dan angin kencang pasti akan menghadang ketika menjala. Demikian juga hal yang akan kita hadapi. Banyak yang tak senang kita melakukan yang baik, terlebih memberitakan Injil. Namun, satu yang pasti Tuhan kita adalah Yesus yang memanggil dan mengutus kita. Dia adalah Sang Raja Gereja. Oleh karena itu “jangan takut!”

Kiranya Tuhan di dalam Roh Kudus memampukan kita untuk menjadi Penjala Manusia bagi sekitar kita. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)