Tuhan Pengharapan Kita (Yeremia 17:12-18)

Carol Graham di dalam bukunya berjudul The Power of Hope terjemahan bebasnya berarti “Kekuatan dari Sebuah Harapan” mempertanyakan bagaimana dan kenapa salah satu negara terkaya di dunia, yakni Amerika Serikat, memiliki penduduk yang mengalami banyak sekali keputusasaan. Apa yang salah dengan negara terkenal dengan kekuatan harga dollar-nya ini? Graham lantas menekankan bahwa masalahnya terletak pada kebijakan publik, mulai dari penangan pengangguran dan kerja paksa dan sebagainya, yang tidak dipecahkan atau dilandaskan dengan sebuah pengharapan. Graham menambahkan bahwa strategi untuk menggalakkan masyarakat yang berpengharapan telah hilang. Dengan kata lain, perkembangan zaman telah mengubah paradigma berpikir manusia menjadi mudah putus asa. Oleh karena itu, Graham menekankan perlunya membangun pengharapan di tengah masyarakat. Teks Alkitab kita pada hari ini juga menekankan tentang pengharapan. Nabi Yeremiah, adalah salah satu nabi yang banyak sekali mengalami tantangan di tengah pelayanannya. Orang-orang Israel tidak percaya kepadanya bahkan mengancamnya (Bnd. 11:18-23). Selain itu, Yeremia juga bergumul karena dosa-dosa umat Israel. Kejahatan dan dosa mereka begitu amat besar di hadapan Allah (Bnd. 17:2-3; 5). Ayat 12-18 ini merupakan doa dari nabi Yeremia kepada Tuhan atas kejahtan umat Israel atas dirinya. Doa tersebut mengingatkan kita agar terus berpengharapan kepada Tuhan.

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan bersama: Siapakah Tuhan di dalam teks ini? Apa yang bisa kita ubah di dalam hidupmu ke depan? Apa kabar sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Tuhan kita adalah Tuhan yang bertakhta di dalam kemulian, yang luhur sejak semula! (ay. 12)

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tidak menerjemahkan kata Ibrani marum secara literal. Marum berarti tempat tinggi, tempat yang dimuliakan. Di dalam tradisi Timur Dekat kuno, tempat tinggi diasosiasikan dengan ibadah dan perjumpaan dengan sang Ilahi. Bahkan gunung dan tempat yang tinggi lainnya dianggap dekat dengan dengan langit. Kedekatan ini dipandang sebagai jarak yang dekat berkomunikasi dengan sang Ilahi.

Di ay. 12, Yeremia mengumandangkan bahwa Tuhan itu bertakhta di dalam kemuliaan, tempat yang tinggi. Lalu, ada frasa ‘bait kudus’. Kudus berarti terpisah, berbeda dari yang lain. Kudus bukan berarti suci atau bersih melainkan memperlihatkan sebuah perbedaan dalam hal tertentu. Selain itu, ada kata Ibrani kavod berarti kemuliaan. Kata ini penting karena memperlihatkan keagungan dari kehadiran Allah. Di dalam tradisi Timur Dekat kuno, kemuliaan diasosiasikan dengan kekayaan, kekuatan, dan reputasi. Dengan demikian kemuliaan Allah memperlihatkan kebesaran, otoritas dan kekuasaan-Nya. Yeremia juga menyatakan kemuliaan itu telah ada sejak semula. Ini dapat diinterpretasikan sejak awal bahkan sebelum dunia tercipta sebab Allah adalah awal dan akhir.

Kemudian juga Yeremia berseru di ay. 18 di mana Tuhan yang akan membalas mereka yang berlaku jahat atasnya. Pernyataan ini datang karena Yeremia mengimani TUHAN yang dia sembah itu adalah penguasa atas segala apapun di dunia ini.

2. Berpengharapanlah kepada Tuhan bukan kepada dirimu sendiri atau orang lain. (ay. 13)

Di bagian ini, ada tanggung jawab yang harus kita jalankan, yakni berpengharapan kepada Tuhan. Kata yang digunakan adalah miqveh berarti harapan. Dalam tradisi Israel kuno, kata miqveh sering diasosiasikan dengan air. Itu juga yang kita lihat di ay. 13: “mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN.” Air merupakan sumber penting untuk bertahan hidup. Dengan demikian harapan itu bagaikan air yang menyegarkan. Dengan adanya harapan, persoalan, pergumulan, tantangan akan terlalui. Namun, Ketika harapan itu tiada, maka pergumulan hidup akan menyebabkan kita putus asa, kecewa yang berlarut, dan berhenti di tempat. Harapan kita adalah TUHAN, yang memberikan kita hidup.

3. Kita akan diselamatkan! (ay. 14)

Poin yang terakhir ini mengumandangkan kabar suka cita bagi kita bahwa kita akan selamat. Yeremia berseru, “selamatkanlah aku ya TUHAN, maka aku akan selamat!” Kita telah melihat di poin 1 dan 2 di atas bahwa Yeremia mengimani TUHAN Allah itu memiliki kemuliaan atas seluruh dunia ini. Dia bertahta sejak semula. Itulah sebabnya, dia yakin TUHAN adalah keselamtan. Orang-orang Israel menghina bahkan menyakiti Yeremia. Nubuatannya sering kali diolok oleh mereka. Mereka berkata, “Di manakah firman TUHAN itu? Biarlah ia sampai!” Ini merupakan bentuk ejekan kepada Yeremia. Lagi, di ay. 17, Yeremia berkeyakinan bahwa Tuhan adalah pelindungnya dari malapetaka.

Nah, bagaimana dengan kita? Apakah kita yakin TUHAN kita adalah Tuhan yang bertakhta di dalam kemuliaan? Tuhan yang membawa keselamatan? Atau kita ragu akan kemuliaan dan keagungan-Nya? Jika kita yakin akan Dia, maka berpengharapanlah kepada TUHAN. Kita semua memiliki doa, harapan, pergumulan, cita-cita, dan banyak hal yang kita idamkan agar dijawab Tuhan. Namun, terlebih dahulu percayalah bahwa TUHAN kita di dalam Yesus Kristus sebab Dia adalah Tuhan yang bertakhta di dalam kemuliaan di tengah dunia ini. Oleh karena itu, tugas kita adalah berpengharapan yang teguh. Apapun harapanmu Tuhan akan menjawab bukan menurut kehendakmu, tetapi seturut kehendak-Nya. Bukan menurut hitungan waktu kita, tetapi seturut dengan waktu Tuhan. Kita yang mencari kerja, mencari jodoh, mengharapkan kelahiran anak, yang sedang berkuliah, dsb. Berpengharapanlah kepada Tuhan bukan kepada hartamu, kepintaranmu, atau kekuatanmu.

Tuhan memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Menjadi Manusia Baru di dalam Kristus (Kolose 3:5-11)