Setia Mengikuti dan Melayani Tuhan (1 Raja-raja 19:15-21)
Kata “setia” digunakan dalam percakapan “relasi” atau “hubungan” antara dua individu atau kelompok. Dengan menjalankan kesetiaan berarti kedua individu tersebut tetap berjalan dengan koridor yang telah disepakati. Juga, kata setia erat kaitannya dengan perjanjian. Dengan kata lain, orang-orang yang setia adalah mereka melakukan perjanjian yang telah disepakati dengan rekan atau pasangannya. Kapan seseorang itu dikatakan setia? Jawabannya tidak sesederhana itu, sebab kesetiaan itu baru tampak ketika ujian datang menghadang. Godaan dan tantangan untuk lari dan meninggalkan perjanjian tertentu menjadi momen penting untuk melihat seseorang itu setia atau tidak. Kesetiaan itu tidak hanya sekali melainkan terus menerus sesuai dengan kesepakatan oleh kedua pihak tertentu.
Teks khotbah minggu ini mengajar kita untuk hidup setia dengan iman kita. Secara umum, Kitab 1 Raja-raja 19 ini mengambarkan dua pelayan Tuhan, yakni Elia dan Elisa. Jika teks khotbah kita dari ayat 15-21 memperlihatkan bagaimana Elisa dipanggil Tuhan untuk menjadi nabi, maka ayat-ayat sebelumnya menggambarkan bagaimana tantangan dan pergumulan seorang nabi Tuhan. Tidak gampang alias sulit. Tantangan sering menggoda untuk mundur dan berhenti. Hebatnya lagi, jika nyawa taruhannya, seperti nabi Eliah. Dia mempertaruhkan nyawanya diburuh oleh Izebel (19:2). Izebel adalah istri raja Ahab (lih. 1 Raj. 16:29-34). Ahab kemudian menyembah Baal akibat pengaruh Izebel. Eliah yang melihat Ahab pun memberitakan berita penghukuman negeri itu akan mnegalami kekeringan (lih. 17:1; 18:18). Hingga beberapa tahun kemudian, Elia dan nabi-nabi Baal membuktikan siapa Allah yang sesungguhnya dengan membinasakan seluruh nabi Baal tersebut di gunung Karmel (lih. 18:20-46). Mendengar berita ini membuat Izebel murka dan hendak membunuh Elia. Lalu, Elia berjumpa dengan Elisa yang akan menjadi penggantinya. Panggilan Elisa ini juga menjadi pengingat bagi kita tentang paggilan kita sebagai pengikut Kristus. Kita diminta agar setia dengan tugas panggilan kita. Mari kita simak berikut ini.
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?
1. Allah kita adalah Allah yang Memanggil dan Mengutus.
Tuhan Allah berfirman kepada Eliah: “pergilah Kembali ke jalanmu ...” Frasa ibraninya lekh syuv berbentuk kata perintah. Paggilan Tuhan Allah kepada pelayan-Nya adalah perintah. Perintah di sini harus dipahami bahwa misi yang dijalankan oleh pelayan-Nya adalah misi Allah (missio Dei). Di dalam teks Alkitab, umumnya panggilan itu berkaitan erat dengan utusan. Kedua kata ini: memanggil-mengutus memainkan peranan penting di dalam rutinitas pelayan Tuhan. Kata Ibrani nabi’ memiliki bentuk kata kerja naba berarti bernubuat. Nabi, adalah juru bicara Allah, yang memberitakan kehendak Allah.
Di dalam Alkitab, terdapat banyak kisah panggilan Tuhan, misalnya Abraham, Musa, Yesaya, Yeremiah, dsb. Dari kisah panggilan para tokoh-tokoh Alkitab ini, kita bisa melihat bahwa Allah berfirman dan memanggil mereka untuk menjalankan misi Allah. Demikian juga dengan Elia yang dipanggil oleh Allah. Pasal 19 menceritakan bahwa Elia ketakutan ketika Izebel hendak membunuhnya. Tuhan Allah pun datang memanggil dia dan mengutus dia.
Nah, mengimani Allah kita adalah Allah yang memanggil dan mengutus, mengingatkan kita akan siapa Allah yang kita sembah itu. Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus itu adalah Allah yang mengutus Yesus, Sang Firman untuk menjadi penebus manusia. Dia juga adalah Allah yang memanggil kita untuk memberitakan berita damai sejahtera bagi dunia ini (Mat. 28:19-20). Apakah Tuhan Allah membutuhkan kita? Atau Dia tidak mampu melakukan-Nya sendiri? Tentu tidak! Tuhan Allah mampu melakukan apapun. Dia memanggil kita dan para pelayan-Nya, seperti Abraham, Musa, dsb. karena mereka dan kita yang membutuhkan Dia. Demikian halnya Elia, yang sembunyi ketakutan di gua. Tuhan Allah memanggil dia sebab Tuhan memiliki rencana atasnya (ay. 15-18). Tuhan Allah menggunakan kita yang lemah dan terbatas untuk memperlihatkan bahwa Dia ada dan berkuasa atas apapun di tengah dunia ini.
Pertanyaan bagi kita apa dan bagaimana panggilan Tuhan bagi kita di masa kini? Haruskah kita menjadi pendeta dan sintua? Tentu menjadi pendeta dan sintua adalah tugas dan panggilan yang mulia. Akan tetapi, menjalankan tugas dan panggilan Tuhan Allah tidak hanya tugas pendeta dan sintua, melainkan semua orang percaya. Martin Luther di dalam khotbahnya dari Kitab 1 Petrus menekankan tentang “imamat orang percaya” bahwa setiap orang yang telah dibaptis dimampukan untuk berhubungan dengan Allah secara langsung dan menjadi pelayan kepada sesame manusia. Dengan kata lain, kita memiliki tugas dan panggilan yang sama di hadapan Tuhan. Tuhan Allah memakai kita lewat apapun pekerjaan kita. Lewat pekerjaan kita, kita diminta memberitakan berita damai Sejahtera dan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Cara Tuhan memanggil kita beragam dan tak terbatas pada satu cara. Satu hal yang pasti untuk kita renungankan agar kita peka terhadap panggilan tersebut sebab yang memanggil dan mengutus kita adalah Tuhan Allah di dalam Roh Kudus.
2. Merespons panggilan Tuhan dengan sukacita.
Elisa berarti Tuhan adalah keselamatanku. Elisa tampak menghidupi makna namanya ini. Dia yang dipanggil oleh Tuhan Allah lewat nabi Elia, tanpa pikir panjang dan banyak alasan menyambut panggilan tersebut. Hebatnya lagi, dia bersukacita dengan menyembelih dan memasak lembu dan membagikannya kepada orang-orangnya. Kata orang-orangnya di dalam bahasa Ibrani yakni am. Kata ini bisa diterjemahkan: penghuni satu kotanya atau orang-orang lokal atau sekitarnya. Hal yang patut diteladani dari Elisa adalah dia tidak menolak bahkan berpikir dulu untuk menerima panggilan Tuhan tersebut. Dia menjawab, "Baiklah ..."
Merenungkan hal ini, saya teringat dengan pengalaman ketika mengajak beberapa warga jemaat untuk menjadi sintua. Sebagai pendeta tentulah tugas pelayanan akan terbantu ketika ada para sintua yang turut di dalam pelayanan. Seringkali, di tengah proses mengajak, para pendeta, paling tidak saya secara pribadi, harus meyakinkan bahwa Tuhan akan menyertai mereka yang melayani di ladang pelayanan. Alasan yang seringkali ditemukan adalah “sibuk dan tidak ada waktu.” Selain itu, ada juga yang beralasan “tidak mampu.” Nah, kepada kita di masa kini panggilan Tuhan datang untuk mengutus kita, paling tidak menjadi pelayan di tengah keluargamu. Menjadi Bapak yang menjadi teladan bagi istri dan anak-anakmu. Sebagai istri menjadi penolong bagi suamimu dan ibu bagi anak-anakmu. Sebagai anak menjadi kebanggaan lewat perangai dan prestasi. Pada dasarnya panggilan Tuhan bagi kita haruslah kita respon dengan suka cita sebab yang memanggi kita adalah Tuhan Allah.
3. Tuhan menyertaimu menunaikan panggilanmu.
Pesan yang ketiga ini mengingatkan kita bahwa Tuhan yang memanggil dan mengutus kita akan menyertai kita dalam menunaikan tugas panggilan kita. Elia yang ketakutan dipanggil untuk keluar, sebab Tuhan telah memiliki rencana baginya. Tuhan sebaliknya membinasakan mereka (ay. 15-18). Demikian juga dengan Elisa. Jika kita membaca kitab 2 Raja-raja, maka kita akan mendapati bagaimana pelayanan luar biasa dari Elisa. Elisa juga menghadapi banyak tantangan bahkan dia dihina (2 Raj. 2:23-24). Hingga akhir hayatnya dia tetap melakukan pelayanannya (2 Raj. 13). Lewat jawaban Elisa ketika dipanggil dan dari pejalanan pelayanan Elisa, kita bisa lihat bagaimana Tuhan Allah menyertai mereka yang menunaikan tugas dan panggilan-Nya.
Yang terakhir, tema khotbah kita mengingatkan kita agar setia sebab menjawab panggilan Tuhan itu tentulah tidak segampang membalikkan telapak tangan. Ada tantangan dan godaan untuk meninggalkan Tuhan. Akan tetapi, berita sukacita bagi kita bahwa Tuhan Allah tidak meninggalkan kita. Dia hadir di dalam Roh Kudus menyertai kita menjalani setiap tantangan kehidupan kita. Setialah terhadap imanmu walaupun banyak yang mencercamu, menghadangmu, atau mengganggumu. Ingatlah bahwa Kristus juga menderita bahkan karena dosa dan kesalahanmu. Setialah sampai mati, sebab mahkota kehidupan aka nada padamu (Yak. 1:12)!
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS
Comments
Post a Comment