Menjadi Ciptaan Baru (Galatia 6:11-18)

Senin hingga selasa lalu di kota Bonn, Jerman, cuaca begitu panas terik hingga menyetuh 39°- 40°C. Saya beserta teman-teman berencana piknik ke taman dekat pusat kota sebab di sana banyak pepohonan dan udaranya lebih sejuk dan segar. Seperti biasa makanan telah dipersiapkan semalam sebelum berangkat agar keesokan harinya bisa lebih santai untuk mempersiapkan diri berangkat. Waktu itu kami harus menggunakan kendaraan umum train (kereta) sebab jaraknya sekitar 1 jam dari tempat kami tinggal. Kami tidak sadar bahwa makanan yang kami persiapkan bisa menguap dan cepat basi dengan cuaca yang begitu panas. Maklum, di Jerman menggunakan air condition (AC) tampaknya bukanlah tradisi. Warga Jerman aktif dalam gerakan peduli climate change atau perubahan iklim. Selain itu, menggunakan AC juga akan memakan banyak energi. Singkat cerita, makanan yang cepat basi pun akhirnya dibuang dan kami sepakat untuk membuat makanan yang baru sebab makanan baru itu lebih segar dan sehat.

Minggu ini teks khotbah kita berbicara tentang menjadi ciptaan baru. Perihal baru dari ilustrasi di atas bisa kita jadikan pijakan untuk memahami istilah baru dalam frasa “ciptaan baru” di dalam teks khotbah ini. Apakah itu menjadi ciptaan baru? Lantas bagaimana kita di era super canggih ini bisa menjadi manusia baru? Mari kita simak berikut.

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Allah di dalam Yesus Kristus adalah Allah yang menjadikan kita ciptaan baru.

Teks khotbah minggu ini merupakan bagian penutup dari Surat Paulus kepada Jemaat Kristen di Galatia. Di bagian ini, Paulus menjawab perdebatan terkait tentang sunat di tengah jemaat. Bagi yang berketurunan Yahudi, yang umum melakukan sunat (lih. Kejadian 17), mereka cenderung bermegah atas sunat yang mereka lakukan (ay. 13-14). Akibatnya terjadi pedebatan terkait sunat itu diperlukan atau tidak di tengah jemaat. Paulus dengan tegas menjawab “bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya.” (ay. 15a). Paulus justru menekankan agar mereka menjadi ciptaan baru (ay. 15b).

Apa sih makna sunat di dalam tradisi Judaisme? Tradisi sunat sendiri telah dilaksanakan sejak zaman Abraham (lih. Kej. 17). Sunat adalah perjanjian antara Allah dengan Abraham, di mana Abraham akan diberikan keturunan dan tanah Kanaan; sebaliknya Abraham, yang waktu itu disebut Abram, menjadikan TUHAN menjadi Allah dan dia dan para laki-laki dari keturunan dan seisi rumahnya haruslah disunat. Yesus sendiri juga disunat bahkan disunat pada hari kedepalan sejak Dia lahir (lih. Luk. 2:21). Tradisi ini juga masih dijalankan di dalam Judaisme. Dengan kata lain, anak-anak laki-laki Yahudi akan disunat pada hari kedelapan sejak mereka lahir.

Nah, pesan Paulus yang mengatakan agar kita “menjadi ciptaan baru”. Siapa yang membuat kita menjadi ciptaan baru? Apakah kita mampu melakukannya sendiri? Jawabnya tidak dan hanya di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru. Lewat penebusan Kristus dengan jalan salib, kita yang percaya kepada-Nya menjadi ciptaan baru. Di dalam tradisi kekristenan, kita mengenal praktik Baptisan Kudus. Baptisan Kudus adalah salah bentuk dari initiation (Indonesia: Inisiasi). Inisiasi di sini bermakna sebuah ritual penerimaan dimana seseorang diterima ke dalam sebuah kelompok atau persekutuan menjadi bagian dari kelompok atau persekutuan tersebut. Paulus sendiri telah menjelaskan ini bahwa mereka yang dibaptis adalah pewaris akan janji keselamatan Yesus Kristus (Galatia 3:26-29).

Oleh karena itu, di dalam Kristus kita menjadi ciptaan baru. Ciptaan baru yang sudah sepatutnya meneladani Kristus. Di dalam Yesus Kristus, kita mengenal bahwa Allah kita itu adalah Allah yang menjadi Pencipta. Dia adalah Pencipta Alam semesta dan segala isinya (Kejadian 1). Di dalam Kristus, kita dijadikan menjadi ciptaan baru sebab dosa dan pelanggaran kita telah ditebus.

2. Bermegah di dalam Salib Kristus.

Pesan yang kedua bagi kita adalah kita dipanggil untuk merespons deklarasi Allah yang menjadikan kita ciptaan baru itu, yakni dengan bermegah di dalam salib Kristus. Kata bermegah di dalam bahasa Yunani kaukhamai berarti membanggakan diri, membual, dan meninggikan diri. Lewat kata ini, kecenderungan merasa hebat dan mampu melakukan keselamatan lewat usahanya sendiri, ingin ditentang oleh Paulus. Sebaliknya, Paulus berujar agar kita bermegah di dalam Salib. Salib mengingatkan kita bahwa kita adalah manusia yang berdosa, yang tak mampu melakukan apa-apa di hadapan Allah. Dengan salib, kita melihat bagaimana Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia mengutus Kristus untuk menebus kita. Inilah kebanggaan kita, bahwa Allah kita itu Allah yang mengasihi kita.

Selain itu, bermegah di dalam salib juga mengingatkan kita bahwa ada salib yang harus kita pikul di tengah dunia ini. Banyak tantangan dan pergumulan kita sebagai orang yang percaya di dalam Kristus. Diskriminasi karena kita adalah Kristen. Tantangan dan hambatan karena kita menjadi pelaku firman. Juga, masih banyak salib-salib kita di tengah keseharian secara pribadi. Ada yang bergumul mencari pekerjaan, himpitan ekonomi di masa sulit ini, mengalami sakit penyakit, merindukan momongan, merindukan jodoh. Semuanya ini adalah salib, yang diminta untuk kita pikul sebab Kristus saja menderita demi kita dan dengan kita. Bermegah di dalam Salib Kristus berarti kita bangga memiliki Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Kita dengan mantap memikul salib kita di tangah dunia ini.

3. Damai Sejahtera dan Rahmat bagi ciptaan baru.

Kabar sukacita bagi kita adalah kita ini adalah ciptaan baru. Menjadi ciptaan baru berarti kita telah diampuni dari segala dosa dan pelanggaran kita. Patutlah kita bersyukur dan bersukacita. Selain itu, kita diberikan damai sejahtera dan rahmat. Ini menandakan bahwa menjadi ciptaan baru berarti memiliki damai (Yun. Inrene). Damai merupakan lawan kata dari ribut, bertengkar. Damai juga berkaitan dengan perasaan aman dan tenang. Damai melebihi kata bahagia, sebab di dalam damai kita menerima situasi dan kondisi kita dan menjadi bersyukur, kita berdamai dengan diri sendiri dengan berpengharapan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Bukan pasrah tetapi berserah dengan akfif di dalam Firman Tuhan. Paulus juga berkata, ciptaan baru diberikan rahmat (Yun. Eleos). Rahmat diberikan kepada yang memiliki jabtan yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Oleh karena itu, rahmat yang diberikan kepada kita berasal dari Allah. Tanpa rahmat-Nya, kita tidak akan selamat dari dosa dan pelanggaran kita. Rahmat juga merupakan pemberian kepada mereka yang tidak layak menjadi layak. Dengan demikian, kita yang tidak layak karena penuh dosa, menjadi dilayakkan di dalam Kristus. Kita dilayakkan untuk menjadi pewaris kehidupan yang kekal di mana kita berelasi dengan Allah di dalam kasih.

Ingatlah bahwa di dalam Kristus sajalah kita menjadi ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Menjadi baru berarti kita meninggalkan dosa dan pelanggaran kita. Hidup kita kini haruslah meneladani Kristus. Satu kebanggaan kita yakni Salib. Lewat salib, kita ditebus dan dijadikan baru. Dengan kebaruan kit akita mengalami damai dan rahmat Tuhan. Bermegahlah di dalam salibmu, dan bersukacitalah sebab kita diberikan damai dan rahmat di tengah dunia yang penuh dengan tantangan ini.

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)