Ada pribahasa yang berkata “rumput tetangga lebih hijau.” Ungkapan ini menekankan bahwa sifat kita manusia yang cenderung membandingkan dan memandang apa yang orang lain miliki lebih baik dari apa yang kita miliki. Secara tidak sadar, sifat seperti ini membuat kita cenderung sulit untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki.
Pernah suatu ketika, seorang warga jemaat bertanya: kenapa mereka yang tidak taat beribadah dan cenderung melakukan kejahatan lebih kaya dan sukses dibandingkan kita yang taat. Pemahaman ini memperlihatkan bagaimana warga jemaat tersebut justru iri dan sepertinya beragapan bahwa hidup di dalam kejahatan lebih baik. Masih banyak contoh lain yang bisa kita lihat, bagaimana orang-orang percaya justru iri terhadap mereka yang tidak takut akan Tuhan.
Apa yang sering kita lihat di atas juga terjadi di tengah konteks umat Israel pada masa nabi Maleakhi. Pasca mereka kembali ke Jerusalem dan bait Allah kembali dibangun, mereka justru kembali melakukan yang jahat di hadapan TUHAN (Bnd. 1:6-14; 2-3:5). Pada teks khotbah ini, umat Israel merasa bahwa penghukuman mereka ketika dibuang adalah ketidakadilan. Mereka bahkan membandingkan diri mereka dengan Edom, bangsa keturunan Esau, saudara Yakub. Umat Israel meilhat bahwa Edom mengambil kesempatan ketika mereka dihukum (Bnd. Maz. 137:7; Yeh. 25:12-14; 35:15; Ob. 1:8-16). Situasi inilah yang membuat umat Israel mempertanyakan apakah TUHAN mengasihi mereka atau TUHAN lebih mengasihi Edom ketimbang mereka. Maleakhi pun diutus TUHAN untuk menjawab umat Israel. Inilah yang menjadi latar belakang dari teks khotbah minggu ini. Lantas apa yang ingin disampaikan oleh TUHAN bagi kita di masa kini?
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?
1. TUHAN itu Maha Besar.
Firman TUHAN di minggu ini mengingatkan kita bahwa TUHAN itu maha besar yang melebihi batas atau daerah tertentu (ay. 5). Jika TUHAN itu maha besar dan melampaui Jerusalem, tempat dimana umat-Nya tinggal, maka itu berarti TUHAN dengan kekuasaan-Nya sanggup untuk menjangkau bangsa lainnya. Tema khotbah minggu ini, yakni TUHAN mengasihi segala bangsa, mengingatkan bahwa kebesaran TUHAN yang tampak dari kasihnya juga menjangkau segala bangsa. Walaupun umat Israel adalah umat pilihan TUHAN, tetapi karya dan rencana TUHAN adalah menjadikan Israel untuk menjadi berkat dan teladan bagi seluruh dunia (Bnd. Kej. 12:3). Inilah yang memperlihatkan bahwa TUHAN yang kita sembah itu adalah Allah yang besar dan berkuasa atas seluruh bangsa.
2. Mempersembahkan persembahan yang terbaik.
Tugas panggilan kita lewat teks khotbah ini adalah kita diminta untuk mempersembahkan persembahan terbaik bagi TUHAN. Ay. 6 menegaskan bahwa persembahan umat Israel tidak layak di hadapan TUHAN. Oleh karena itu, nabi Maleakhi memberikan perumpamaan tentang bagaimana seorang anak yang menghormati bapanya. Kritikan ini terlebih ditujukan kepada imam, yang memberikan persembahan yang menghina TUHAN. Secara sederhana, ay. 6-12 menegaskan agar persembahan yang terbaik itu diberikan kepada TUHAN. Jika kita bawa kepada konteks kita di masa kini, maka persembahan yang terbaik adalah persembahan yang telah dipersiapkan dan diberikan bukan karena sisa-sisa, melainkan bagian yang dipersiapkan dengan baik. Di Mal. 3:10, ayat yang sering dikutip untuk menjadi landasan memberikan persembahan di gereja-gereja Lutheran di Indonesia, menekankan bagaimana bagian yang terbaik dan dipersiapkan itu. Paling tidak bagian ini mengingatkan kita agar kita tidak mempersembahkan persembahan yang sudah kecil dan hasil dari sisa-sisa, rusak, dan ‘diremas’ pula. Praktik yang demikian setidaknya tidak kita jalankan lagi di masa kini.
Tidak sedikit memang warga jemaat juga yang bertanya dan sedikit mengkritik, persembahan yang terlalu banyak kantongnya, yang menyebabkan jemaat juga terkadang banyak yang jadi takut datang beribadah karena tidak memiliki banyak uang untuk dijadikan persembahan. Di GKPI, gereja saya berasal contohnya, ada yang saya tahu mengadakan 4-5 kantong persembahan per minggunya. Saya, sebagai pendeta tentu meresakan bahwa ini terlalu memberatkan jemaat. Walaupun tidak sedikit pendeta yang akan menjawab saya dengan berkata bahwa berkat TUHAN itu tidak bisa dibatasi. Juga tidak sedikit pendeta yang berkata, jemaat harus diajari untuk tahu bersyukur kepada TUHAN dan masih banyak alasan lainnya. Saya sependapat jika jemaat TUHAN sepatutnya diajar untuk tahu bersyukur, tetapi bukan juga gereja menjadi buta dan tidak peduli bahwa menambah jumlah kantong persembahan bukanlah jalan mengajar yang terbaik. Gereja juga haruslah mengingat bahwa tugasnya bukan hanya sekedar menguras jemaat, sebaliknya fokus kepada pelayanan sebab ketika pelayanan berjalan dengan baik maka jemaat akan dengan sukarela memberikan apa yang dia miliki untuk memuliakan TUHAN.
3. Kasih TUHAN bagi semua orang.
Berita sukacita bagi kita di minggu ini adalah Kasih TUHAN ada bagi kita semua. Kasih TUHAN itu diberitakan dan disampaikan kepada seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Kristus yang telah mati dan bangkit itu memberikan hidup-Nya untuk semua umat manusia di tengah dunia ini. Oleh karena itu, siapapun kita, firman TUHAN datang kepada kita untuk memberitakan berita sukacita bahwa TUHAN mengasihimu. Apapun ras, negara, warna kulitmu, rambutmu, dan status ekonomimu, ingatlah bahwa TUHAN mewartakan berita sukacita bahwa Dia mengasihimu. Percayalah sebab kasih-Nya itu telah diberikan kepadamu lewat kematian dan kebangkitan Yesus Kristus untuk menyelamatkanmu.
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS


No comments:
Post a Comment