Bahan PA Minggu II Agustus

No
Acara
B. E.
K. J.
1
Nyanyian Pembukaan
4:1-3
14:1-3
2
Nas PA
1 Raja 19:9-18
1 Raja 19:9-18
3
Nyanyian Syukur
129:2
367:1
4
Doa Syafaat 1


5
Nyanyian Pengharapan
129:3
367:4
6
Doa Syafaat 2


7
Nyanyian
487:1
402:2
8
Nas Persembahan


9
Doa Penutup
Psal. 100:2-4
Maz. 100:2-4
10
Nyanyian Penutup
Amen-amen-amen
Amen-amen-amen

A.     Pembacaan Nas: 1 Raja-raja 19:9-18
B.     Ajakan Pokok Nas: Janganlah Takut, Ada Tuhan Besertamu!
I.     Pendahuluan
Siapa yang tidak memiliki rasa takut? Rasa-rasanya semua makhluk hidup memiliki rasa takut. Rasa takut juga manusiawi. Secara piskologis, ketakutan itu muncul karena adanya ancaman besar mengancam kita. Oleh sebab itu, kita berusaha untuk mempertahankan diri. Apalagi, jika nyawa kita adalah taruhannya. Hal ini tentu membuat kita berpikir untuk menghindari ancaman itu. Hal yang wajar jika kita pun akhirnya resah, gelisah, dan stress memikirkannya. Di dalam hal ini, kita menjadikan ketakutan itu sebagai fokus dan tuhan di dalam kehidupan kita. Ketakutan menjadi hal yang kita paling takutkan di dunia ini, sehingga kita menghalalkan berbagai cara untuk menghindarinya. Bahkan hebatnya, ketakutan itu merongrong di dalam batin kita, seakan tidak ada lagi pengharapan. Hal yang membuat kita berada di dalam keputusasaan. Ketakutan itu membuat kita tidak bertumbuh dan berkembang. Apakah ini solusi untuk menghadapi ketakutan itu? Alkitab memberikan sebuah pernyataan tegas bagi kita terkait hal takut, yaitu jangan takut. Banyak teks di Alkitab yang berkali-kali mengajak kita untuk jangan takut. Mari kita mengartikan penyataan ini dengan arti “mengontrol rasa takut itu”. Artinya, ketakutan itu tidak menjadi penghambat kita untuk terus berpengharapan dan tidak menjadikannya sebagai pusat kehidupan kita. Sebaliknya, kita menjadikan ketakutan itu sebagai alat untuk lebih berhati-hati dan mawas diri.
Teks bacaan kita, juga berbicara tentang seorang nabi yang besar, yaitu Elia. Elia merasakan ketakutan yang begitu hebat karena nyawanya terancam. Ancaman itu datang dari Izebel, istri raja Ahab. Ahab, anak Omri, adalah raja Israel waktu itu (16:29). Ahab dan Izebel membangun kuil Baal di Samaria dan membuat patung Asyerea. Asyerea adalah dewi tumbuh-tumbuhan dan kesuburan, yang disembah oleh orang-orang Kanaan. Hal ini pun menyebabkan banyak rakyat yang ikut menyembah Baal. Elia pun menantang nabi-nabi baal itu di gunung Karmel. Di sana, Tuhan memperlihatkan kekuasaan-Nya dan nabi-nabi Baal itu dibunuh (18:40). Mendengar hal ini Izebel pun ingin membunuh Elia. Hal ini pun membuat Elia takut (19:3). Dia akhirnya tiba di gunung Horeb untuk menghindar. Apa dan bagaimanakah Tuhan datang menghampiri Elia? Apakah makud dan tujuannya dan apa pembelajaran yang bisa kita kutip dari sini? Inilah yang akan kita renungkan bersama.

II. Penjelasan Nas
1.      Ay. 9-11a: Bangkitlah dan keluarlah dari ketakutanmu!
Elia, seorang nabi pilihan Tuhan, memperlihatkan ketakutannya ketika nyawanya terncam. Dia tidak ingin seperti teman-temannya yang mati dibunuh oleh suruhan Izebel. Mezbah Tuhan dihancurkan dan banyak orang Israel yang murtad dan meninggalkan perjanjian dengan Tuhan. Inilah yang terjadi ketika itu. Melihat Elia, Tuhan justru mempertanyakan apa yang dikerjakan Elia di dalam gua. Elia menjawab bahwa dia bekerja segiat mungkin bagi Tuhan. Namun, Tuhan berujar kepada Elia agar dia bangkit dan keluar dari gua, tempat persembunyiannya itu. Bagaimana mungkin Elia bisa bekerja bagi Tuhan jika dia hanya berada di dalam gua karena ketakutannya? Pekerjaan itu hanya bisa dilakukan jika kita tidak menyembunyikan diri dan justru menghadapinya. Dari sini, kita bisa melihat bahwa ketakutan membuat kita berhenti dari pekerjaan kita dan putus asa. Bahkan, ketakutan itu memenjarakan potensi dan tanggung jawab kita kepada Tuhan. Bukankah Elia adalah hamba Tuhan? Yang seharusnya bertugas menyuarakan suara Tuhan? Itulah sebabnya Tuhan menyuarakan agar dia keluar dan berdiri di hadapan Tuhan.
2.       Ay. 11b-14: Elia merespons panggilan Tuhan!
Kehadiran Tuhan di gunung Horeb dinyatakan lewat berbagai peristiwa alam. Hal ini memperlihatkan kepada kita bahwa Dia adalah pencipta alam semesta ini dan sanggup untuk mengaturnya. Alam semesta tunduk kepada-Nya. Melihat berbagai macam peristiwa yang terjadi, Elia pun keluar dan merespons panggilan Tuhan. Dia pun berdiri di depan pintu gua itu dan tetap setia kepada Tuhan. Tuhan kemudian kembali menanyakan pertanyaan serupa terkait apa yang dikerjakan Elia di dalam gua itu. Peristiwa ini mengingatkan kita untuk mendengarkan panggilan Tuhan di dalam kehidupan kita. Kita juga diingatkan agar tetap setia terhadap Tuhan. Mari kita mengindahkan peringatan Tuhan dan panggilan-Nya dengan melaksanakan Firman-Nya. Tuhan memiliki berbagai macam cara untuk memanggil, menegur dan mengingatkan kita. Kuasa-Nya tidak dapat kita batasi hanya dengan satu cara bahkan dengan apapun. Semoga kita seperti Elia yang menjawab panggilan Tuhan bagi kita.
3.      Ay. 15-18: Janganlah takut, ada Tuhan besertamu!
Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi ke Damsyik dan kembali ke jalannya. Di sana, ada tugas yang diperintahkan kepadanya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram, mengurapi Yehu, cucu Nimsi, menjadi raja atas Israel, dan mengurapi Elisa menjadi nabi menggantikannya. Tuhan juga berpesan bahwa Dia telah meninggalkan tujuh ribu orang Israel yang tetap setia kepada Tuhan. Mereka inilah yang akan membantu Elia di dalam memerangi kejahatan di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya, Elia tidak perlu takut sebab Tuhan beserta dia. Tuhan bekerja melalui orang-orang yang diperintahkan-Nya. Kita pun demikian, memang terkadang banyak tantangan dalam memberitakan Firman Tuhan di dalam kehidupan kita, tetapi Tuhan mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian. Tuhan berserta kita dan menolong kita melalui berbagai macam cara, yang mungkin tidak sampai kepada pemikiran kita. Sebab hikmat-Nya tidak dapat kita selami, yang pasti Dia mengasihi orang-orang yang setia kepada-Nya dan menjalankan Firman-Nya.

III.     Pokok Diskusi
1.        Apakah yang menyebabkan Elia masuk ke dalam gua? Bagaimana sikap kita jika diperhadap dengan situasi yang mengancam kita?
2.        Apakah ada perilaku di sekitar kita yang bisa merusak kepercayaan kita? Coba jelaskan!
3.        Apa dan bagaimanakah sikap kita melihat banyaknya orang Kristen yang murtad?

IV.     Kesimpulan
Janganlah takut, sebab ada Tuhan beserta kita! Dia tidak akan membiarkan kita maju sendirian. Dia ada beserta kita yang berada di jalan-Nya. Tangan-Nya akan menolong kita dari ketakutan dan keterpurukan. Asalkan kita menegakkan Firman-Nya. Memang benar, melakukan yang benar tidak selamanya direspons dengan hal yang baik. Namun, ingatlah Firman Tuhan bahwa kita terpanggil untuk hal yang demikian. Itulah salib yang harus kita pikul sebagai oran percaya. Bangkitalah dan keluarlah dari ketakutan dan keterpurukanmu, sebab Tuhan telah memanggilmu. Tuhan meneguhkan iman dan pengharapan kita di dalam ancaman apapun. Amin.

V.       Nas Renungan: 1 Raja-raja 19:11
“keluarlah dan berdirilah di atas gunung itu di hadapan Tuhan!”


Daftar Pustaka:
Dari berbagai literatur. Tulisan ini tidak memiliki catatan kaki dan perut sebagai daftar pustaka dan daftar acuan karena minimnya ruang.


Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)