Apa yang kita rasakan di atas juga dialami oleh Nabi Habakuk. Di dalam teks khotbah ini, Nabi Habakuk mempertanyakan keadilan Tuhan. Dia menganggap mata TUHAN terlalu suci untuk melihat kejahatan dan kelaliman (lih. ay. 13). Apa yang dia tahu tentang TUHAN nampak seperti tidak sejalan dengan yang dia lihat. Oleh karena itu, dia berseru kepada TUHAN. Teks khotbah ini merupakan sejenis ratapan melihat orang benar dijahati oleh orang fasik (lih. 1:1-4). Lewat seruan kepada TUHAN oleh Nabi Habakuk ini, kita mau mengenal siapa TUHAN itu. Di dalam seruan dan ratapannya ini, kita mau diingatkan bahwa TUHAN itu mahakudus dan mahatahu apapun tentang kita.
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa berita sukacita dari firman ini bagi kita?
1. Tuhan Allah Mahakudus dan Mahatahu.
Teks khotbah ini memperlihatkan keluh kesah dan ratapan dari Nabi Habakuk atas apa yang akan terjadi pada Yehuda. Yehuda, Kerajaan Israel Selatan, telah melakukan kejahatan di hadapan TUHAN (Bnd. Jeremiah 17:1-4, Zephaniah 1:4-18, Hosea 5:1-6:3, Amos 2:4, dll.), yang menyebabkan mereka dihukum dan dibuang ke Babel. Nabi Habakuk mempertanyakan tindakan TUHAN yang seakan-akan membiarkan Babel menghancurkan Jerusalem. Nabi Habakuk memprotes akan hal ini, sehingga dia berseru “Bukankah Engkau, ya Tuhan, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? (ay. 1a).
Seruan tersebut merupakan protes Nabi Habakuk kepada TUHAN. Sederhananya, mengapa TUHAN, Engkau membiarkan Babel menghancurkan Yehuda. Bukankan Engkau (TUHAN), dari dahulu Allah yang sama yang disembah oleh Habakuk dan Juda? Nabi Habakuk mempertanyakan keadilan TUHAN atas apa yang terjadi terhadap Yehuda. Apa yang diserukan oleh Nabi Habakuk merupakan bentuk empatinya terhadap teman sebangsanya. Dia berharap TUHAN mengakhiri penghukuman itu atas Yehuda. Hal ini tampak dari perkataanya: “Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?” Orang fasil merujuk kepada Babel dan “orang yang lebih benar” merujuk kepada Yehuda. Yang lebih tajam lagi perkataan Nabi Habakuk pada ay. 14-17 dimana dia seakan mempertanyakan TUHAN atas kekejian umat Babel, yang tidak hanya menyembah berhala tetapi juga menindas bangsa-bangsa. Semua ini memperlihatkan kejahatan Babel yang seakan dizinkan TUHAN atas Yehuda.
Apa yang digumuli oleh Nabi Habakuk ini kemudian dijawab oleh TUHAN pada pasal 2 di mana orang yang benar akan hidup dan para penindas akan dihukum oleh TUHAN. Jika kita membaca kitab Habakuk ini secara keseluruhan, pada pasal 3 bahkan memperlihatkan Nabi Habakuk berdoa dan mengumandangkan kebesaran TUHAN. Dari seruan Nabi Habakuk, kita diperlihatkan bahwa TUHAN itu kudus. Jalan-Nya berbeda dengan jalan yang dipikirkan oleh Nabi Habakuk atau kita manusia pada umumnya. TUHAN lebih tahu apa yang terbaik bagi Yehuda. Penghukuman atas dosa Yehuda akan diakhiri. TUHAN mengatahui kapan waktu bagi-Nya untuk bertindak.
Di dalam teks khotbah, Nabi Habakuk mengumandangkan “Yang Mahakudus.” Dari kata Ibr. qadosh berarti terpisah, berbeda. Pikiran TUHAN itu tak terselami dan tak terjangkau oleh umat manusia (Bnd. Isaiah 55:8-9, Roma 11:33-34). Rencana-Nya berbeda dengan rancangan atau pikiran kita. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi umat-Nya. Dosa dan pelanggaran Yehuda mengakibatkan penghukuman yang berfungsi untuk memurnikan Yehuda dari dosa. Akan tetapi, kasih TUHAN tidak berhenti. TUHAN menjanjikan pengharapan untuk kembalinya umat dari pembuangan Babel (Zechariah 8:3-5, Jeremiah 31:12, dll.).
2. Menjauhkan diri dari kejahatan dan kelaliman.
Teks khotbah minggu ini kemudian mengajak kita untuk menjauhkan diri dari kejahatan dan kelaliman. Perkataan Nabi Habakuk “Matamu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman” (ay. 13a) merupakan implikasi dari kekudusan TUHAN. Dia terpisah dari kejahatan dan kelaliman. Lalu Nabi Habakuk bertanya “Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia? (ay. 13b). Dari sini, Nabi Habakuk memperlihatkan bahwa TUHAN membenci kefasikan, kejahatan, dan kelaliman. TUHAN tidak akan membiarkan mereka merajalela. Ini tampak pada pasal 2:6-20 di mana Tuhan akan menghukum mereka.
Jika TUHAN itu kudus dan membenci kejahatan, kelaliman, dan kefasikan, maka kita sebagai umat-Nya seharusnya menjauhi semua dosa tersebut. Kita yang percaya di dalam Yesus Kristus telah dikuduskan lewat kematian dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, hidup kita juga diminta kudus, sebab TUHAN, Allah kita, adalah kudus (Im. 11:44).
3. Kita akan hidup di dalam TUHAN.
Berita sukacita bagi kita minggu ini adalah bahwa kita akan hidup di dalam TUHAN. Nabi Habakuk berseru bahwa TUHAN Allah kita itu kekal sejak dahulu dan Dia itu kudus (ay. 1). Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir. Kita, umat-Nya tidak akan mati. Sebaliknya, kita beroleh kehidupan. Kehidupan itu telah diwujudnyatakan lewat diutusnya Anak-Nya, Yesus Kristus ke dunia ini untuk kita manusia berdoa. Oleh Yesus Kristus, kita disembuhkan dari dosa dan diberikan hidup (Bnd. 1 Pet. 2:24).
Oleh karena itu, semua kita yang percaya di dalam Yesus Kristus bersukacitalah. Janji TUHAN bagi kita yaitu kehidupan diberikan kepada kita. Satu hal yang penting untuk renungkan adalah Nabi Habakuk pada teks khotbah ini memperlihatkan kepada kita bahwa dia hidup di tengah orang-orang yang jahat, lalim, dan fasik. Dia mempertanyakan TUHAN atas semuanya itu. Dengan kata lain, Nabi Habakuk tidak menampik akan adanya tantangan di tengah dunia ini. Akan tetapi, satu yang pasti, Nabi Habakuk berkata kita tidak akan mati. Sebaliknya kita akan hidup di dalam TUHAN. Percayalah sebab TUHAN itu kudus dan tahu yang terbaik bagi kita masing-masing.
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS
No comments:
Post a Comment