Bahan PA Minggu IV September 2014



No
Acara
B. E.
K. J.
1
Nyanyian Pembukaan
16:1+3+6
357:1-3
2
Nas PA
Hezekiel 18:1-4+25-32
Yehezkiel 18:1-4+25-32
3
Nyanyian Syukur
443:3
362:2+4
4
Doa Syafaat 1


5
Nyanyian Pengharapan
228:2
322:5
6
Doa Syafaat 2


7
Nyanyian
317:3
416:2+3
8
Nas Persembahan
5 Musa12:11
Ulangan 12:11
9
Doa Penutup


10
Nyanyian Penutup
Amen-amen-amen
Amin-amin-amin
A.     Pembacaan Nas:  Yehezkiel 18:1-4+25-32
B.     Ajakan Pokok Nas: Bertobatlah dan Baharuilah Hidupmu!
I.     Pendahuluan
Saudara! Pernahkah anda meminta maaf atau memberi maaf kepada orang yang melakukan kesalahan kepada anda? Mudah-mudahan sering! Jika saudara memberi maaf tentu anda berharap dia untuk merubah sikapnya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Demikian juga ketika kita yang meminta maaf, kita tentu mengiming-imingi perubahan sikap dan tidak akan mengulangi kesalahan kita di lain waktu. Rasa-rasanya ini sering kita lakukan ketika tahun baru tiba. Ada ritual keluarga di mana seluruh anggotanya saling meminta maaf dan saling memaafkan. Namun, sadarkah kita bahwa yang paling pokok diminta di dalam ritual itu adalah perubahan sikap di tahun yang baru. Kita mengharapkan segala keburukan ditinggal dan membaharuinya dengan hal-hal yang baik.
Pada renungan kita kali ini juga menegaskan tentang pembaharuan. Pembaharuan budi dan sikap. Pembaharuan yang akan terjadi jika kita bertobat, merubah sikap kita yang lama, yang penuh dengan kesalahan, menuju sikap yang baru yaitu hidup di dalam kebanaran Firman Tuhan. Teks bacaan kita merupakan Firman Tuhan yang dikumandangkan oleh Nabi Yehezkiel. Yehezkiel sendiri adalah Nabi yang dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya ketika bangsa Israel masih berada di dalam masa pembuangan di Babelonia. Pada teks bacaan kita ini, secara khusus, Yehezkiel menyuarakan agar bangsa Israel bertobat setelah pada pasal 8 memaparkan sejumlah dosa yang diperbuat mereka. Itu sebabnya Tuhan menuntut mereka untuk bertobat. Namun, sayang seribu sayang, orang-orang Israel justru menggugat Allah. Mereka menganggap  bahwa Tuhan bertindak tidak tepat. Sebab mereka memahami bahwa penderitaan yang mereka alami disebabkan oleh dosa-dosa generasi terdahulu mereka. Akibatnya, pembuangan yang mereka alami tidak lantas membuat mereka bertobat. Dengan kata lain, mereka tidak mengakui bahwa mereka telah bersalah. Inilah salah satu karakter manusia yang patut untuk kita waspadai. Hal ini disebabkan oleh kesalahan di dalam memahami Keluaran 20:5-6 (Bnd. Ul. 5:9b-10). Di sana dituliskan bahwa Tuhan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, keturunan ketiga dan keempat. Hingga kini pun, masih banyak yang tetap menafsirkannya demikian. Tentu ini bukanlah tafsiran yang proporsional, sebab penafsiran yang demikian membuat orang Israel tidak sadar akan kesalahan mereka. Bahkan hal ini menjadi bahan ejekan atau sindiran “kepada Tuhan”. Lantas apa dan bagaimanakah Firman Tuhan melalui Yehezkiel menanggapi hal ini. Mari kita menelaahnya dengan seksama sembari merenungkan maknanya bagi kehidupan kita!
II. Penjelasan Nas
1.      Ay. 1-4: Tuhan-lah yang empunya hidup kita!
Yehezkiel memulai seruan Tuhan kepada orang-orang Israel. Tuhan mempertanyakan mereka atas sindiran mereka. Sindiran yang sebenarnya memiliki makna yang hampir sama denga pepatah “satu orang makan nangka semua kenak getahnya.” Sindiran itu berisi bahwa ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anaknya-anaknya yang menjadi ngilu! Artinya, ayahnya yang berbuat salah tapi anaknya yang memperoleh hukuman. Tentu, kita bisa bayangkan begitu keras dan tegasnya Tuhan menyuarakan peringatan ini. Tuhan memerintahkan mereka untuk tidak mengumpat sindiran itu lagi. Bahkan ketegasan itu terlihat dari perkataan selanjutnya, yaitu Dia-lah yang empunya semua jiwa, baik jiwa ayah maupun jiwa anak. Ini hendak menegaskan kepada orang Israel bahwa hidup mereka adalah milik Tuhan. Tuhan punya hak untuk mengambil maupun memberi kehidupan itu. Namun, Tuhan juga menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa itu yang harus mati. Di sini, ada penegasan terhadap orang yang berdosa bahwa upahnya adalah maut. Dari sini, sebenarnya Tuhan memulai mengingatkan bahwa Tuhan itu adil. Sebab orang yang berdosalah yang harus mendapatkan penghukuman. Kita juga diperingatkan hal yang sama, bahwa hidup kita ini adalah kepunyaan-Nya. Kita hanya bisa berserah di dalam doa dan upaya kita dalam menjalani hidup ini. Jangan sampai dosa menjadi bagian yang utama di dalam hidup kita, sebab upahnya adalah maut yang kekal.
2.      Ay. 25-29: Bertobatlah dan Baharuilah Hidupmu!
Kita bisa bayangkan keras kepalanya bangsa Israel, yang menilai tindakan Tuhan tidak tepat. Tuhan juga mempertanyakan pernyataan mereka tersebut. Tuhan menuntut kesadaran mereka agar mengaku di hadapan Tuhan. Bahkan Tuhan membandingkan tindakan Tuhan dan tindakan mereka, mana yang tepat! Tuhan pun memberikan penjelasan untuk mencerahan pemahaman mereka. Penjelasan itu dimulai dari gambaran tentang orang yang benar kemudian berbalik menjadi pelaku kecurangan, yang menyebabkannya dihukum dan mati. Tindakan curang yang menyebabkannya harus mati sebab upah dosa adalah maut. Sebaliknya di sisi lain, jika orang fasik bertobat dari kefasikan dengan melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia akan menyelamatkan nyawanya. Ketika ia insaf dan bertobat, maka ia akan hidup. Inilah penjelasan Tuhan terkait tindakan-Nya yang tepat dan tindakan mereka yang tidak tepat. Tuhan bahkan kembali menanyakan orang Israel untuk kedua kalinya siapa yang tidak tepat, Tuhan atau mereka? Nah, sekarang kepada kita diingatkan agar jangan sampai menyalahkan Tuhan dengan berbagai penghukuman yang kita alami sebab Dia menginginkan kita kembali ke jalan-Nya. Dia menantikan kembalinya orang-orang yang berdosa kepada-Nya. Inilah tanda kasih-Nya. Kita justru diminta untuk bertobat (Yun. Metanoia; Ibr. Syuv), artinya berbalik atau berubah 180 derajat. Dari yang jahat menjadi baik. Dari yang hidup di dalam dosa, menjadi hidup di dalam kebenaran Tuhan. Pertobatan itu tampak dari perubahan sikap kita. Artinya, ada tindakan aktif yang kita lakukan di dalam pertobatan itu. Bertobat berarti kita membaharui kehidupan kita. Orang yang bertobat hidupnya menjadi suci dan kudus. Dia menguduskan hidupnya dari dosa dan kegelapan dunia ini.
3.      Ay. 30-32: Tuhan akan menghukum kita menurut tindakan kita masing-masing!
Bagian terakhir ini, Tuhan meluruskan pemahaman orang Israel yang keliru. Bahkan di bagian sebelumnya Tuhan memperlihatkan keadilannya dengan menghukum orang berdosa. Pemahaman orang Israel yang mengatakan Tuhan tidak tepat dan tidak adil akhirnya terpatahkan dengan pemaparan Tuhan di atas. Bahkan Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa Dia akan menghukum mereka menurut tindakan mereka masing-masing. Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri. Sehingga sindiran tadi berubah menjadi “setiap manusia yang akan makan buah mentah, maka giginya sendiri yang akan menjadi ngilu” (Bnd. Yer. 31:30). Adil bukan! Lantas bagaimanakah kita memahami Keluaran 20:5 (Bnd. Ul. 5:9b-10)? Umumnya pada waktu itu, di dalam satu rumah tinggal tiga sampai empat keturunan. Berbeda dengan kita di masa kini. Satu rumah paling didiami dua keturunan. Hal ini menyebabkan keturunannya tadi hidup di dalam dosa. Sebab seorang ayah yang berdosa akan menjadi contoh dan teladan bagi keturunannya, yang menyebabkan mereka sekeluarga berdosa, termasuk anak-anak mereka, keturunan ketiga dan keempat. Itu sebabnya penghukuman itu juga turut mereka alami karena dosa mereka sendiri. Hanya pertobatan dengan tidak mengikuti dosa itulah pengampunan itu diperoleh sebab Tuhan mengasihi orang yang mengasihi-Nya. Memang sulit kita memahami hal ini tanpa memahami seluk beluk dan latar belakang kehidupan masa itu. Mudah-mudahan pemahaman kita lebih proporsional dengan penjelasan ini, sehingga kita tidak sama dengan orang-orang Israel waktu itu, yang menganggap Tuhan tidak adil dan tidak tepat!.
Pada bagian ini, Tuhan kemudian berseru agar mereka bertobat, sebab Tuhan menantikan kembalinya mereka yang berdosa. Dosa adalah batu sandungan kita untuk dekat dengan Tuhan dan dapat membawa kita kepada maut. Tuhan mengingatkan jika kita bertobat, maka buanglah yang kotor di dalam hidup kita, dan perbaharuilah hati dan roh kita. Ingatlah Tuhan  bahwa Tuhan tidak berkenan kepada kematian kita karena dosa. Itu sebabnya Tuhan menyerukan kepada bangsa Israel pada saat itu untuk bertobat. Kini, kepada kita diserukan hal yang sama, Bertobatlah! Bertobatlah! Bertobatlah! Sebab Tuhan menginginkan engkau hidup!

III.     Pokok Diskusi
1.   Apakah makna terhadap kita atas sindiran yang diungkapkan orang-orang Israel dalam teks?
2.   Menurut saudara, bagaimanakah pertobatan itu?
3.   Coba jelaskan pemahaman saudara terkait Keluaran 20:5-6 (Bnd. Ul. 5:9b-10)!

IV.     Kesimpulan
Tuhan itu empunya hidup kita. Dia punya kuasa dan hak atas hidup kita. Keputusan-keputusan-Nya itu adil dan tepat. Tindakan-Nya itu benar. Bagi yang hidup di dalam Dia, maka kehidupan adalah bagiannya. Sebaliknya, mereka yang hidup di dalam dosa haruslah mati, sebab upah dosa adalah maut. Tuhan itu adil di dalam penghukuman-Nya. Setiap manusia bertanggung jawab atas tindakannya masing-masing. Tindakan kita itu tidak bisa diwakilkan. Ingatlah, ada kasih di balik penghukuman-Nya, yaitu Dia menantikan kembalinya mereka yang berdosa. Dia tidak menghendaki kematian kita karena dosa, sebaliknya Dia menginginkan kita hidup di dalam Dia. Oleh sebab itu bertobatlah, bertobatlah, dan bertobatlah! Selamat merenungkan pertobatan!
V.       Nas Renungan: Yehezkiel 18:27-28
“Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”

Daftar Pustaka:


Dari berbagai literatur. Tulisan ini tidak memiliki catatan kaki dan perut sebagai daftar pustaka dan daftar acuan karena minimnya ruang.

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Menjadi Manusia Baru di dalam Kristus (Kolose 3:5-11)