Iman Timbul dari Pendengaran (Roma 10:16-21)

Sherrie Carter di dalam artikelnya berjudul The Power and Impact of Good Listening menerangkan begitu pentingnya aspek mendengar dalam hubungan antara pembicara dan pendengar. Keduanya, menurut Carter, saling menguntungkan satu dengan yang lain. Mendengar bukanlah sekedar ‘mendengar’ perkataan yang diucapkan, melainkan mendengar adalah sebuah seni dalam memahami arti di balik sebuah perkataan. Di dalam bahasa inggris, Carter membedakan antara listening dan hearing. Listening adalah aksi yang membuat kita mengerti, sedangkan hearing hanya sekedar ‘mendengar’. Lanjutnya, pendengar yang baik terjadi melalui beberapa tahapan, yakni menerima, memahami, mengingat, mengevaluasi, dan merespon. Kelima tahapan ini akan menjadikan seseorang menjadi pendengar yang baik (Good Listener). Sebegitu pentingkah proses "mendengar"? Lantas apa hubungannya dengan Firman Tuhan minggu ini?

Teks Alkitab untuk khotbah minggu ini adalah kitab Roma. Paulus merupakan penulis dari kitab ini. Pada hakikatnya Kitab Roma adalah surat yang dikirimkan oleh Paulus kepada Jemaat Kristen di Roma. Lewat surat ini, Paulus ingin mengembalakan jemaat Kristus di Roma dengan memberikan nasehat, pengajaran, dan motivasi. Jemaat di Roma mengalami tantangan dari rekan mereka Yahudi, yang mempertanyakan tentang keselamatan, apakah hukum Taurat dan sunat itu menyelamatkan (Bnd. Rm. 2:17-29). Perdebatan ini nampaknya terjadi di kalangan jemaat. Ada kelompok yang menekankan betapa pentingnya hukum Taurat dan sunat untuk keselamatan. Paulus merespon dengan mengatakan "tidak!," melainkan hanya lewat iman kepada Kristus keselataman itu diperoleh (Bnd. Rm. 9:30; 10:4). Iman itu sendiri tumbuh lewat proses mendengar. Inilah yang ingin ditekankan dalam khotbah ini.

Nah, ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan bersama: Siapakah Tuhan yang diproklamasikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa kabar sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Allah kita adalah Allah yang menyatakan diri (ay. 20).

Ketidakpercayaan Israel merupakan ketidaktaatan bagi Paulus. Apakah mereka tidak mendengar atau tidak dijangkau oleh Firman Tuhan? Tentu tidak! Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkan ay. 16 dengan “tetapi tidak semua orang menerima kabar baik itu.” LAI, khususnya pada kata Yunani hupakouo, menerjemahkannya “menerima.” Kata hupakouo berarti mendengar, mematuhi, dan mengindahkan. New Revised Standard Version (NRSV) menerjemahkannya lebih tepat: “But not all have obeyed the good news.” Terjemahannya “Namun tidak semua orang melakukan kabar baik itu.” Terjemahan ini lebih tepat untuk mendukung ay. 18 dimana pemberitaan itu sampai ke seluruh dunia. Bahkan orang yang tidak mencari dan menanyakan Tuhan, telah dihampiri Tuhan (Bnd. ay. 19-20). Pada dasarnya, Paulus hendak mengatakan bahwa Firman Tuhan itu telah diberitakan kepada seluruh bangsa, termasuk Israel. Namun, mereka membantahnya (Bnd. ay. 21).

Dengan demikian, pada teks ini hendak mengatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang menyatakan diri-Nya. Dia tidak hanya menyatakan diri-Nya kepada Israel, umat pilihan-Nya. Juga, Allah menyatakan diri kepada mereka yang tidak mencari dan tidak menanyakan-Nya. Kata Yunani yang digunakan adalah emphanes berarti manifestasi, tampak, dan dapat dipahami. Sederhananya, Allah menyatakan diri-Nya hingga dapat dipahami. Saya beribadah di salah satu gereja Lutheran di Boston tiap minggu. Beberapa minggu lalu, saya bertemu dengan orang yang baru menjadi Kristen sejak 4 tahun yang lalu. Dia sendiri berasal dari Nepal. Dia bercerita bahwa dia mengalami perjumpaan secara spiritual dengan Yesus. Dia pun mengikuti kata hatinya dengan berpindah dari Hindu menjadi Kristen. Ini mungkin bisa menjadi satu contoh nyata bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya bagi yang tidak mencari-Nya. Intinya, Allah kita adalah Allah yang berfirman, yang menyatakan diri-Nya kepada kita masing-masing.

2. Mendengarkan Firman Tuhan (ay. 17).

Firman Tuhan juga mengingatkan kita agar mendengar. Kata Yunani yang digunakan adalah akoe berarti mendengar bisa juga melaporkan. Jika kita Kembali kepada artikel yang ditulis Sherrie Carter di atas, maka mendengar yang baik ialah ketika kita bisa melaporkan atau menceritakan apa yang telah kita dengar sebagai bentuk respon dari yang kita peroleh dari proses mendengar.

Firman Tuhan mengatakan bahwa “iman timbul dari pendengaran.” Dengan kata lain mendengar memiliki peran penting jika iman kita ingin bertumbuh. Nah, coba sekarang mari kita evaluasi diri kita. Apakah kita lebih sering mendengarkan musik percintaan dan lagu galau, podcast tentang bisnis, gossip, atau berita tentang politik, dsb? Semoga kita lebih memiliki waktu yang banyak dalam mendengarkan Firman Tuhan. Zaman yang sudah canggih memudahkan kita mendengarkan beragam khotbah. Dengan kata lain, tidak ada lagi alasan mengatakan tidak ada yang berkhotbah dan menerangkan Firman Tuhan. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah kita menyediakan waktu untuk mendengarkan Firman Tuhan atau tidak. Mungkin Sebagian dari kita mengatakan “saya sudah beribadah di gereja hari minggu, jadi itu cukup.” Jika mendengar menimbulkan dan menumbuhkan imanmu, maka dengarkanlah Firman Tuhan sedapat mungkin setiap hari. Seperti telah dikatakan di atas bahwa zaman yang canggih memudahkan kita mengakses berbagai macam khotbah. Pergunakanlah itu untuk menjadi cara Allah menyatakan diri dan berbicara kepadamu. Lawanlah rasa malasmu! Lawanlah rasa bosanmu! Lawanlah rasa ngatukmu! Sebab yang engkau dengar adalah kabar sukacita. Kabar damai Sejahtera! Berita pengharapan! Berita pembebasan! Berita anugerah dari Tuhan di dalam Yesus Kristus!

3. Firman Tuhan itu bagi seluruh dunia (ay. 18)

Bagian terakhir ini ingin menekankan bahwa berita sucita itu untuk semua orang yang ada di dunia ini. Kita bersyukur karena para misionaris Firman Tuhan bisa tiba di Indonesia, di tanah Batak, dan bagi kita yang telah menjadi pengikut Kristus. Kini, kita juga dipanggil untuk melanjutkan dan meneruskan berita sukacita itu kepada seluruh orang yang ada di rumah kita, kantor, dan sekitar kita. Dengan demikian, Firman Tuhan itu benar adanya bahwa “suara mereka sampai ke seluruh dunia dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.”

Berbahagialah kita bahwa kabar sukacita itu bagi semua orang, tidak hanya untuk satu umat saja. Bahkan Firman Tuhan hari ini mengatakan Dia datang bagi yang tidak mencari dan menanyakan tentang Dia. Artinya Tuhan menjangkau siapa saja yang ada di seluruh dunia ini. Namun, pertanyaanya adalah apakah kita merespon penyataan-Nya? Mari kita menjawabnya di dalam hati kita masing-masing.

Untuk menutup khotbah ini, kita diajak untuk menjadi pendengar yang baik. Ada lima langkah untuk menjadi pendengar yang baik: menerima, memahami, mengingat, mengevaluasi, dan merespon. Kita telah menerima Firman Tuhan. Lalu, Firman tersebut haruslah ditelaah agar kita memperoleh pemahaman. Cara yang paling mudah adalah sesering mungking mendengarkan khotbah. Selanjutnya, kita diminta untuk mengingat. Mengingat bisa terjadi lewat melakukan firman tersebut. Itulah sebabnya ada pepatah mengatakan learning by doing artinya belajar lewat melakukan. Seterusnya, kita diminta untuk mengevaluasi apa yang kita telah lakukan itu. Apakah sudah sepenuh hati dilakukan atau setengah-setengah. Yang terakhir, kita diminta untuk merespons Firman Tuhan itu dengan bersyukur. Bersyukur karena Tuhan menyatakan diri kepada kita masing-masing. Ingatlah bahwa lewat mendengar, melakukan, dan menghidupi Firman Tuhan, iman kita bertumbuh dan berbuah.

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)