Dengarkanlah Tuhan Maka Kamu Akan Hidup (Yesaya 55:1-5)

Jika kita ditanya: apakah saudara/i menikmati hidupmu? Apakah jawaban saudara/i? tentu ada beragam jawaban. Sebaliknya, pertanyaan ini pernah saya tanyakan kepada seorang warga jemaat. Dia justru bertanya balik: apa maksud dari menikmati hidup? Saya menjawabnya: menikmati hidup berarti saudara/i bersyukur atas apapun yang dialami dan dijalani. Warga jemaat tersebut kemudian merespons: kadang-kadang, amang.

Sebuah artikel berjudul Enjoying Life in the Face of Death: East-West Differences in Response to Mortality Salience karya Christine Ma-Kellams and Jim Blascovich menerangkan bahwa orang-orang yang menganut budaya Timur, atau Asia, cenderung memikirkan hidup secara holistik. Keecenderungan ini mengarahkan orang-orang untuk lebih memikirkan hidup dan berusaha untuk lebih menikmati hidup ketika diperhadapkan terhadap kematian. Kurang lebih artinya ada budaya timur memmandang kehidupan bersamaan dengan kematian. Dengan demikian kita lebih memikirkan bagaimana agar hidup kita dapat dinikmati dengan baik. Selanjutnya, Ma-Kellams dan Blascovich berpendapat bahwa budaya Timur lebih mengarahkan orang-orang untuk menikmati hidup. Sebagai orang yang telah tinggal dan hidup di negara Barat, apa yang dikatakan mereka ada benarnya. Hidup di sini lebih memikirkan tentang uang dan kerja, tanpa menghiraukan untuk menikmati hidup mereka sehari-hari.

Nah, khotbah hari ini juga berbicara tentang hidup. Temanya adalah dengarkanlah Tuhan maka kamu akan hidup. Tentu pertanyaan utama dari tema ini adalah apa hidup yang dimaksud di sini? Apakah kita saat ini tidak hidup? Apa dan bagaimana agar kita hidup menurut teks khotbah ini? Mari kita renungkan.

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa kabar sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Tuhan kita adalah sumber kehidupan!

Menurut para sarjana Alkitab, pasal 55 inimerupakan bagian dari Yesaya II (II Isaiah) di mana berita nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yesaya adalah berita pengharapan keluar dari tanah pembuangan Babel. Umat Tuhan waktu itu tebuang ke Babel. Kita bisa bayangkan hidup di tanah orang dengan status sebagai orang buangan oleh kekaisaran Babelonia. Ini bagaikan hidup tetapi serasa menghadapi kematian karena status menjadi orang buangan.

Akan tetapi, nabi Yesaya membawa berita pengharapan tentang hidup. Hidup dalam bahasa Ibraninya khaya (ay. 3). Kata ini juga bisa diartinya ‘menjadi hidup’, ‘bangkit.’ Konteks dari kata hidup di sini bisa dipahami secara fisik dan spiritual. Utamanya, kata ini mengindikasikan sebuah keadaan yang baik (well-being) dan daya hidup (vitality). Di dalam traditi Israel kuno, Tuhan adalah pemberi dan penopang kehidupan. Jika Allah yang kita sembah di dalam Yesus adalah sumber kehidupan, maka kita patut untuk terkoneksi dengan-Nya.

Namun demikian, hidup di dalam iman kristiani adalah ketika kita berelasi dengan Allah. Relasi itu bagainkan nafas kita yang jika terputus sama dengan mati secara spiritual. Oleh karena itu, hidup bagi orang percaya di dalam Yesus Kristus adalah ketika kita berelasi dengan Allah. Patutlah kita bersyukur karena Allah kita adalah Allah sumber kehidupan. Jika sumber kehidupan itu besama kita, maka apapun tantangannya; apapun pergumulannya; dan apapun kesulitannya, Tuhan tetap menemani kita melaluinya. Tentu semua tantangan itu sulit secara kedagingan kita, tetapi Tuhan kita adalah penopang hidup kita, yang memampukan kita melalui setiap lika-liku kehidupan di dunia ini.

2. Dengarkan dan lakukanlah Firman-Nnya! Perintah Tuhan Allah untuk kita hari ini adalah agar kita mendengarkan-Nya. Kata ibraninya syama berarti mendengar. Ay. 2 menggunakan bentuk imperative atau perintah. Hal ini ingin mengaskan bahwa dengar-dengaran akan Firman Tuhan adalah perintah bagi umat-Nya. Menariknya kata ‘mendengar’ tertulis dua kali di dalam terjemahan Ibrani-nya. Hal ini ingin menekankan agar tindakan mendengar itu dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Kenapa umat Tuhan perlu mendengar? Karena mereka tidak mendengarkan Tuhan sebelumnya. Mereka meninggalkan Tuhan dengan menyembah ilah lain. Akibatnya, mereka dihukum dan dibuang ke tanah Babelonia. Di ay. 2, Tuhan berkata: “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Inilah kekurangan mereka dihadapan Tuhan. Lantas, Tuhan berfirman: “Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku.” Datang kepada Tuhan berarti kita mengarahkan hidup kita kepada-Nya dan berjalan di jalan-Nya. Firman-Nya adalah pelita bagi kaki kita (Maz. 119:105).

3. Allah mengikat perjanjian-Nya denganmu! Kabar sukacita bagi kita adalah Tuhan Allah mengikat perjanjian-Nya denganmu. Ini berita luar biasa. Siapakah kita sehingga Tuhan, sumber kehidupan itu berjanji kepada kita masing-masing? Tentu karena kita begitu berharga bagi-Nya. Mari bayangkan seorang raja berjanji kepada pelayannya. Menurut saudara apakah dia tidak akan melakukannya? Tentu tidak! Seorang raja akan melakukan apa yang dijanjikannya sebab reputasinya sebagai seorang raja akan tercoreng. Jika seorang raja saja melakukan apa yang dijanjikannya, apalagi Tuhan, Sang sumber kehidupan. Tentulah kita patut bersyukur dan bersuka cita karena Tuhan menyapa kita dan berjanji kepada kita masing-masing.

Sekarang pertanyaanya, apa yang saudara inginkan Tuhan janjikan kepadamu? Tentu kita punya banyak harapan, yang luar biasa baiknya. Ada yang ingin Tuhan sembuhkan! Ada yang ingin Tuhan berikan jodoh! Ada yang ingin Tuhan berikan pekerjaan! Ada yang ingin Tuhan berikan hikmat! Masih banyak lainnya. Namun apapun itu harapunmu, satu yang pasti bahwa Tuhan kita di dalam Yesus Kristus tidak akan meninggalkanmu dalam keadaan suka maupun duka, susah, maupun senang, atau mudah ataupun sulit. Firman Tuhan katakana di ay. 5c “dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagunggkan engkau.” Luar biasa bukan janji Allah ini? Percayalah dan ingalah bahwa Allah kita adalah sumber kehidupan! Dengarkanlah Dia dan lakukanlah Firman-Nya sebab janji-Nya itu kekal untuk selama-lamanya bagi saudara/i.

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)