Dosamu Telah Diampuni (Lukas 7:41-50)
Beberapa bulan lalu, saya pergi berbelanja ke sebuah mall di Downtown Boston. Sebenarnya saya hanya ingin mencari parfum kebetulan parfum saya sudah habis. Setelah sekian jauh menjelajah stand parfum di seluruh mall itu, akhirnya saya menemukan satu parfum dengan wangi soft dan elegan. Tiba saatnya saya bertanya harga parfum tersebut. Wah ternyata harganya tidak sesuai isi kantong saya, karena begitu harganya begitu mahal. Bayangkan saja parfum dengan 70 ml dihargai hampr menyentuh $500. Saya pun akhirnya tidak jadi membeli parfum tersebut.
Nah, teks khotbah kita minggu ini berkaitan dengan parfum. Ayat 36-40 merupakan pengantar dari ay. 41-50. Ay. 41-50 merupakan perumpamaan yang disampaikan Yesus kepada para murid di rumah seorang Farisi ketika mereka dalam perjamuan makan. Ay. 36-40 menuliskan bahwa ketika mereka asik makan, datanglah seorang Perempuan yang terkenal berdosa (ay. 37a). Para sarjana Alkitab menafsirkannya sebagai pelacur. Dia datang membawa minyak wangi (parfum) (ay. 37 b). Lalu, dia menangis dan menyeka kaki Yesus dengan rambutnya, lalu mencium kaki Yesus dan meminyakinya (ay. 38). Melihat peristiwa itu, si Farisi tadi nampaknya memandang itu tidak pantas karena si Perempuan itu berdosa. Namun Yesus, yang mengetahui itu, menyampaikan sebuah perumpamaan (ay. 41-50). Perumpaan inilah yang menjadi perikop khotbah kita. Nah, apa perumpamaannya? Lantas apa makna dari perumpaam itu? Kenapa si Perempuan itu menangis dan menumpahkan parfum ke kaki Yesus? Juga apa sih pesannya bagi kita di masa kini?
Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan bersama: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa kabar sukacita dari firman ini bagi kita?
1. Tuhan kita adalah Tuhan yang mengenal siapa kita!
Ay. 39, si Farisi sepertinya memandang rendah si Perempuan berdosa itu. Seakan si Farisi hendak berkata seharusnya, Yesus tidak membiarkan si pendosa itu menyetuh kaki-Nya. Juga si Farisi itu tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh si Perempuan itu. Lagi-lagi karena dia adalah orang berdosa. Lewat perumpaan dua orang berutang Yesus pada hakikatnya ingin mengajarkan bahwa si Farisi dan si Perempuan itu adalah pendosa. Namun, di tengah Masyarakat Yunani-Romawi pelacur lebih dianggap berdosa ketimbang pemungut cukai. Dengan kata lain, Yesus mengetahui siapa Perempuan itu dan siapa si Farisi yang mengudang-Nya makan. Yesus justru datang kepada mereka yang berdosa sebab mereka yang berdosalah yang membutuhkan pengampunan dosa dan anugerah Allah.
Oleh karena itu, siapapun kita, apapun yang kita lakukan, dan apapun masa lalu kita, Tuhan mengenalmu dan seluruh latar belakangmu. Tidak ada yang bisa kita tutupi di hadapan Allah, sebab mata Tuhan melihat apa yang kita perbuat. Saya jadi teringat dengan nyanyian sekolah minggu, “mata Tuhan melihat apa yang kita perbuat, buat yang baik, maupun yang jahat.” Justru karena kita tidak bisa menutupi dosa kita di hadapan-Nya, maka datanglah kepada-Nya dan minta pengampunan dosa.
2. Beriman dan Berbuah
Yesus berumpama tentang dua orang yang berutang: orang yang pertama memiliki utang yang lebih banyak dari yang lain (500 dinar; dinar merupakan mata uang saat itu); dan orang yang kedua memiliki itang yang lebih sedikit dari yang lain (50 dinar). Karena mereka tidak bisa membayar utang. Maka si Tuan yang meminjankan tadi dengan baik hati menghapuskannya. Hal penghapusan utang merupakan hal yang bisa terjadi. Terlebih ketika utang sudah menumpuk dan tak terbayar oleh si peminjam. Namun hal ini adalah jarang dan sangat kecil kemungkinannya. Terlebih, masa Romawi-Yunani Kuno, perbudakan itu begitu lumrah. Mereka yang tak mampu membayar utang akan dijadikan budak oleh si peminjam uang. Nah, kata Yunani yang dipakai di sini adalah karizomai berarti menganugerahkan, memberikan gratis, dan mengampuni. Lalu, Yesus pun bertanya kepada Simon, siapakah yang lebih mengasihi tuan mereka, yang dihapus utang 500 dinar atau yang dihapus utang 50 dinar. Simon dengan sigap menjawab: yang punya utang lebih banyak, yakni si pengutang 500 dinar.
Nah itulah yang dilakukan oleh si Perempuan berdosa tadi. Sebab dia meresa paling berdosa, dia memberikan semua yang dia miliki lewat air mata, rambut dan parfum. Si Perempuan itu membasuh kaki Yesus dengan air matanya, menyeka dengan rambutnya, dan mencium kaki Yesus. Membasuh kaki adalah tradisi yang umum saat itu, terlebih sebelum masuk rumah karena kaki kotor setelah berjalan keluar rumah. Kemudian si Perempuan itu menangis. Menangis dapat dipahami sebagai tanda pengakuan dan pertobatan dari dosa. Di sini, si Perempuan itu juga menyesali dosanya. Menariknya, si Farisi tadi tidak membasuh kaki Yesus, serta meminyakinya. Juga, si Perempuan itu menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Di dalam tradisi Yunani-Romawi membuat rambut menyentuh tanah bagi Perempuan adalah tanda kehinaan. Tetapi si Perempuan itu justru melakukannya di depan umum. Dia juga mencium kaki Yesus sebagai tanda penghormatan kepada Yesus. Mencium kaki adalah tradisi umum yang dilakukan oleh murid kepada guru yang mengajarnya.
Terakhir, si Perempuan meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi (parfum). Kata Yunani yang dipakai adalah muron berarti salep yang beraroma harum atau parfum. Parfum ini terbuat dari kemenyan. Parfum umumnya digunakan sebagai simbol penghormatan, penyucian, dan persiapan untuk pemakaman. Di tradisi Yunani-Romawi, saleb atau parfum ini begitu berharga dan mahal. Tentu saja mahal karena terbuat dari kemenyan. Saya begitu mengetahui bahwa harga kemenyan sangatlah mahal dan begitu wangi. Saya jadi teringat dulu ketika menjadi pendeta resort di Resort Sigompulan, di mana mayoritas warga jemaat mencari kemenyan di hutan. Oleh karena itu, kita dapat membayangkan bahwa si Perempuan tadi menggunakan uang yang sangat besar untuk membeli parfum itu. Yang menarik adalah si Perempuan itu melakukan semuanya ini sebagai buah dari imannya. Yesus sendiri telah mengatakannya di ay. 50: imanmu telah menyelamatkanmu. Sebab, si Perempuan itu telah mendengar tentang Yesus dan tahu bahwa Yesus di rumah si Farisi. Lantas, si Perempuan berdosa yang telah mendengar tentang Yesus menjadi percaya dan berbuat semua yang baik kepada Yesus.
Oleh karena itu, kita juga diminta untuk memiliki iman yang berbuah. Mengatakan bahwa kita beriman kepada Yesus berarti kita diminta untuk memperlihatkan buah dari iman kita, lewat pertobatan dan memuliakan Tuhan dalam hidup kita, seperti si Perempuan berdosa tadi.
3. Dosa kita telah diampuni!
Berita sukacita bagi kita adalah dosa kita telah diampuni. Sama seperti si Perempuan berdosa tadi, kepada kita juga diberitakan bahwa dosa kita yang banyak telah diampuni oleh Tuhan di dalam Yesus Kristus. Dosa kita seringkali menjadi penghalang kita untuk dekat dengan Tuhan. Bukan karena Tuhan di dalam Roh Kudus yang tidak menginginkan kita, tetapi kita yang cenderung meratapi dosa dan tetap tinggal di dalam dosa. Saya pernah mendengar seseorang warga jemaat berkata: "udah terlalu banyak dosaku, amang! malu aku datang ke gereja.” Ketahuilah bahwa semua kita adalah pendosa. Namun, anugerah Tuhan diberitakan dan ditawarkan kepada kita. Sekarang bagian kita adalah menerima dan mengimaninya, serta menghidupinya agar berbuah di dalam hidup kita.
Mereka yang percaya bahwa dosanya telah diampuni adalah mereka yang berpengharapan, yang optimis memandang ke depan, serta merubah sikap dan perilakunya di hadapan Allah. Terus-menerus memikirkan dosa dan menyalahkan diri kita di masa lalu tidaklah baik bagi diri kita, baik secara psikis maupun spiritual. Karena memikirkan keburukan kita di masa lampau hanya akan membuat kita terjerembab di kegelapan yang terus menerus. Oleh karena itu, Firman Tuhan datang kepada kita, sebagai berita sukacita, mewartakan bahwa “Dosamu telah diampuni-Nya, pergilah dengan selamat!”
Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!
TS
Comments
Post a Comment