Mengasihi dan Mengikut Yesus Dengan Setia (Yohanes 21:15-19)

Sebuah kisah nyata tentang kesetiaan datang dari seekor anjing bernama Hachiko dari Tokyo, Jepang. Walapun Hachiko adalah seorang anjing, namun hewan ini memperlihatkan bagaimana itu kesetiaan. Hachiko adalah anjing peliharaan dari seorang professor bernama Hidesaburo Ueno. Setiap hari Hachiko akan menunggu pemiliknya, Hidesaburo, di station kereta pulang dari kampus. Dari sana, mereka akan pulang bersama-sama ke rumah. Namun, Hidesaburo, sang pemilik Hachiko, pun meninggal dunia. Hachiko, tetap melakukan rutinitasnya untuk menunggu sang majikan yang telah tiada di stasiun kereta. Rutinitas ini dilakukannya sekitar sepuluh tahun lamanya, setelah Hidesaburo maninggal dunia. Kisah ini pun dituliskan dan menjadi sebuah inspirasi tentang nilai sebuah kesetiaan.

Nah teks khotbah minggu ini juga adalah tentang mengasihi dan kesetiaan. Yesus setelah bangkit dari kematian datang menghapiri para murid. Yesus lalu bertanya kepada Simon Petrus, apakah dia mengasihi Yesus. Yesus bertanya pertanyaan ini tiga kali kepada Petrus. Lantas, apa yang terjadi, mengapa dan bagaimana Petrus mengasihi Yesus? Juga apa pesannya bagi kita di masa kini?

Ada tiga poin yang penting untuk kita renungkan: Siapakah Tuhan yang diproklamsikan di dalam teks ini? Apa yang diminta bagi kita untuk kita lakukan dalam keseharian kita? Apa kabar sukacita dari firman ini bagi kita?

1. Tuhan kita adalah Tuhan yang memanggil kita!

Allah kita di dalam Yesus adalah Allah yang memanggil kita untuk masuk ke dalam rencana keselamatan Allah. Allah yang memanggil begitu penting untuk kita pahami sebab dengan demikian kita memahami makna hidup dan pekerjaan kita. Kita ini dipanggil untuk turut di dalam pemberitaan keselamatan. Petrus ditanyakan oleh Yesus apakah dia mengasihi Yesus atau tidak. Pertanyaan ini yang kemudian mengarahkan Petrus untuk sadar akan panggilan Tuhan atas hidupnya. Dia akan menjadi gembala atas para pengikut Yesus.

Ada hal yang menarik dari percakapan ini, yakni ketika Yesus menggunakan dua kata yang berbeda dalam menyatakan kata mengasihi: Yun. Agapao dan Phileo. Di ay. 15 dan 16, Yesus menggunakan agapao. Akan tetapi, di ay. 17, Yesus menggunakan phileo. Apa perbedaan agapao dan phileo? Agapao adalah mengasihi dengan mengorbankan diri dan tanpa pamrih atau meminta balasan. Kata ini sering disebut sebagai unconditional love atau cinta tanpa syarat. Sedangkan phileo adalah mengasihi karena persahabatan, kasih sayang, dan kesukaan karena hubungan yang dekat. Petrus sendiri menjawab dengan menggunakan kata phileo untuk seluruh jawabannya kepada Yesus. Paling tidak kitab isa memaknai jawaban Petrus ini dengan cakupan yang lebih luas, ketika dia menyangkal Yesus tiga kali (Mat. 26:69-75). Di teks khotbah kita, Petrus justru mengatakan bahwa dia mengasihi Yesus dengan rasa kasih sayang sebagai sahabat dan memiliki hubungan yang dekat. Sikap ini adalah justru kebalikan dari sikapnya ketika menyangkal Yesus. Tiga kalinya Yesus bertanya kepada Yesus sebagai respon atas tiga kalinya Petrus menyangkal Yesus ketika Dia disalibkan. Pada pertanyaan ketiga Yesus bertanya dengan menggunakan phileo untuk menegaskan kedekatan mereka. Inilah juga yang menjadi bagian dari panggilan Petrus menjadi pemimpin atas para murid dan pengikut lainnya.

Kepada kita juga ditanyakan hal yang sama. Apakah saudara/i mengasihi Yesus sebagai sahabat yang memiliki hubungan akrab dengan saudara/i? Jika ya, maka kita dipanggil untuk melakukan tugas dan panggilan kita sebagai pengikut Kristus yang telah bangkit itu.

2. Mengasihi dan mengikut Yesus dengan setia. Tugas dan panggilan kita adalah mengasihi dan mengikut Yesus dengan setia. Kepada Petrus dinyatakan tugas itu lewat menggembalakan pengikut Kristus. Dia bahkan mati martir sebagai bentuk kesetiaannya terhadap tugas dan panggilannya tersebut. Kesetiaan Petrus dibuktikan lewat kematiannya yang telah dinubuatkan Yesus di ay. 18-19. Gambaran ini menggambarkan bagaimana Petrus menebus kesalahannya menyangkal Yesus yang justru berkorban menjadi martir untuk kemuliaan Tuhan.

Kematian Petrus yang digambarkan Yesus mencerminkan pentingnya pengorbanan di dalam mengikut Yesus. Ini poin penting sebab mereka yang mengasihi Yesus adalah mereka yang ambil bagian di dalam jalan salib. Jalan sengsara untuk berita keselamatan agar nama Tuhan dimuliakan. Luarbiasa bukan makna dari mengasihi di dalam teks khotbah ini? Mengasihi yang sesungguhnya diharapkan Yesus kepada Petrus lewat pertanyaannya. Namun, kemanausiaan kita lebih dekat dengan phileo. Dimana kita mengasihi karena hubungan erat persahabatan dan kedekatan emosional. Akan tetapi kasih ini yang kemudian membawa Petrus mati martir demi kemuliaan Allah.

Kepada kita juga dipanggil untuk mengasihi Yesus dengan mengikuti dia dengan setia. Tentu akan banyak tantangan. Yesus tidak mengatakan tidak akan ada tantangan dan pergumulan setelah mengikut Yesus. Akan tetapi, kita justru diminta untuk memikul salib kita (Mat. 16:24-27). Semua kita memiliki pergumlan dan tantangan hidup. Terkadang tantangan dan pergumulan itu mengarahkan kita untuk menyerah dan pasrah serta meninggalkan Yesus. Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar kita setia sebab orang yang bertahan sampai akhir akan selamat (Mat. 24:13).

Tentu inilah bukan tugas yang begitu mudah. Yesus sendiri, anak Allah juga mengalami penderitaan dan bahkan harus mati demi kita manusia. Tidak jarang ada di antara kita yang ditekan karena menjadi Kristen. Ada yang dihina dan dikucilkan karena beribadah dan bergererja. Ada yang diusir dan dipenjarakan karena percaya Kristus. Namun yakinlah kita bahwa Roh Kudus menemani kita. Dia yang menugatkan kita untuk bertahan di dalam hambatan. Seperti pepatah mengatakan semakin dibabat, semakin merambat. Firman Tuhan akan merembat ke seluruh dunia lewat kita yang telah percaya kepada-Nya agar nama Tuhan dimuliakan. Percayalah dan setialah kepada Kristus sampai akhir hidupmu!

3. Hidup kita memuliakan Allah. Berita Bahagia kita pada minggu ini adalah kita adalah bagian dari rencana Allah untuk memuliakan Dia. Kita patut bersyukur dan berbahagia akan berita ini sebab kepada kita yang memberitakan karya kesalamatan Kristus tidaklah sia-sia melainkan untuk kemuliaan Tuhan. Mereka yang memuliakan Tuhan memiliki bagian di dalam Kerajaan Sorga serta kita turut dimuliakan bersama Kristus (Rom. 8:16-17).

Luar biasa bukan berita sukacita ini? Kita turut ambil bagian untuk karya Allah. Tentu All tak membutuhkan kita sebab Dia mampu dan hanya Dia yang sanggup melakukan karya kesalamatan umat manusia. Akan tetapi kita dipanggil untuk memuliakan Dia dengan menjadi pengikut Kristus yang setia dan turut di dalam pelayanan Yesus dalam menggembalakan pengikut-Nya.

Siapkah kita sehingga kita pantas menjadi kemuliaan bagi Tuhan? Tidak siapa-siapa, bukan? Ya! Kita ini hanyalah debu dan lemah. Walaupun demikian, kita inibisa digunakan Allah untuk memuliakan Dia atas dunia ini. Muliakanlah Allah lewat hidupmu, pekerjaan, keluarga, hikmat, dan hartamu.

Tuhanlah yang memampukan kita melakukan firman-Nya. Tuhan memberkati!

TS

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Menjadi Manusia Baru di dalam Kristus (Kolose 3:5-11)