Bahan PA Minggu III Juni

No
Acara
B. E.
K. J.
1
Nyanyian Pembukaan
115:1-3
322:1-2
2
Nas PA
2 Korin 13:11-13
2 Korintus 13:11-13
3
Nyanyian Syukur
122:1-2
249:1
4
Doa Syafaat 1


5
Nyanyian Pengharapan
122:3-4
249:3
6
Doa Syafaat 2


7
Nyanyian
392:4
363:1-2
8
Nas Persembahan
Ul. Ap. 2:44-45
Kis. Ras. 2:44-45
9
Doa Penutup


10
Nyanyian Penutup
Amen-amen-amen
Amen-amen-amen
A.     Pembacaan Nas: 2 Korintus 13:11-13
B.     Ajakan Pokok Nas: Kasih Karunia dari Allah Tritunggal Menyertai Kita!
I. Pendahuluan
Kita tiba di minggu Trinitas. Minggu Trinitas di rayakan kurang lebih selama 23 minggu. Minggu-minggu di mana kita menghayati penyertaan dan karya Allah dalam ketritunggalan-Nya. Pada minggu Trinitas ini, kita disugukan Firman dari Surat Paulus yang kedua kepada Jemaat Korintus. Surat 2 Korintus ini merupakan pembelaan diri Rasul Paulus tentang wewenangnya sebagai seorang Rasul. Pembelaan diri ini penting karena jemaat Korintus sedang digoyang imannya oleh para rasul palsu yang meninggikan dirinya sendiri. Selain itu, adanya orang-orang yang meragukan wewenang Paulus sebagai seorang rasul. Surat 2 Korintus ini dimaksudkan sebagai pendahuluan bagi rencana kunjungan Rasul Paulus yang ketiga ke kota Korintus. Surat Paulus ini, dituliskan sekitar tahun 57-58. Surat ini ditujukan untuk menegaskan bahwa ialah Rasul yang otentik. Artinya, dia benar-benar rasul, utusan Tuhan. Ia menegaskan tentang tanda Rasul Kristus yang otentik pada pasal 2:14-6:10. Selain itu, Paulus juga menjelaskan tentang riwayat hidupnya, yang menyangkut ketaatan, dan kesediaannya merendahkan diri demi Kristus (Bnd. 10:1-12:13). Secara khusus, teks bacaan kita adalah bagian terakhir dari surat Paulus untuk jemaat Korintus. Bagian ini berisi harapan dan sekaligus nasehat, serta berkat bagi jemaat tersebut. Apa dan bagaimanakah isinya, serta apa pesannya untuk kita di masa kini? Inilah yang kita akan renungkan bersama.
II. Penjelasan Nas
1. Ay. 11:Hiduplah dalam Damai Sejahtera Tuhan
Pernahkah kita menasehati sesama kita? Jika pernah, tentu kita sangat menyadari posisi Paulus. Sama seperti Paulus, kita juga menginginkan orang yang dinasehati itu melakukan yang kita sampaikan, sebab nasehat itu umumnya mengarahkan kita ke arah yang baik. Ada empat kata yang perlu kita renungkan pada ayat ini, yaitu bersukacitalah, usahakanlah, dengarlah (terimalah), hiduplah. Inilah nasehat yang mengakhiri surat Paulus ini. Rasa-rasanya, nasehat ini tidak hanya relevan pada masa lalu, tetapi juga masa kini. Apalagi semakin rumit dan kacaunya hubungan kita dengan sesama kita pada masa kini. Mari kita renungkan keempat kata tadi:
·         Bersukacitalah!
Dengan bersukacita, kita dimampukan untuk menghadapi kondisi yang memilukan yang sedang kita hadapi. Ingatlah, semakin kita berduka, maka kita akan semakin mampu merasakan sukacita yang begitu dalam. Yesus berkata berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur (Mat. 5:4). Bahkan Paulus terkenal dengan nasehatnya yang mengatakan agar kita bersukacita dalam segala hal (Bnd. 1 Tes. 5:18). Secara manusiawi, sangat sulit bersukacita dalam situasi duka. Akan tetapi dengan bersukacita di dalam keadaan duka, kita dikuatkan dan dipulihkan melalui pengharapan kita kepada Tuhan. Dia akan memberi kita kesukaan dan menghibur kita. Pemahaman yang demikian akan kita miliki ketika kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, sehingga janji Tuhan akan menghibur kita ketika dalam duka. Selamat bersukacita.
·         Usahakanlah sempurna!
Kita sering mendengar istilah mengatakan no body is perfect. Artinya tak ada manusia yang sempurna. Sebaliknya kita bisa berusaha untuk menggapainya. Namun, dalam mengakhiri suratnya rasul Paulus justru mendorong Jemaat Korintus “usahakanlah dirimu supaya sempurna”. Mari kita fokuskan perhatian kita pada kata usahakan, bukan pada kata sempurna, sebab kita takkan pernah bisa sempurna. Sebab seringkali kita merasa kesulitan melakukan Firman Tuhan, akan tetapi belum ada usaha. Setidaknya kita diingatkan agar berusaha terlebih dahulu. Kata “sempurna” di sini juga dapat diartikan sebagai dipulihkan. Rasul Paulus bukan hanya berharap bahwa Jemaat Korintus yang sudah tercabik-cabik oleh dosa dan pertikaian itu mau membuka serta merendahkan diri untuk dipulihkan, tetapi juga secara aktif mengambil tindakan yang memulihkan diri mereka sendiri. Ini terkait dengan nasihat berikutnya, di mana Paulus meminta agar Jemaat Korintus dapat sehati dan sepikir, mengesampingkan segala perbedaan dalam rangka fokus mencari kedamaian.
·         Dengarlah nasehat ini!
Alangkah senangnya kita jika orang yang kita nasehati melakukan nasehat kita. Tentu bukan agar kita dipuji, melainkan kita bisa menolong sesama kita. Nasehat, umumnya, mengarahkan kita agar lebih baik. Adakah diantara kita menasehati sesama agar jatuh ke dalam jurang dosa? Paulus mengingatkan kita agar kita mendengar berbagai nasehat yang tertuang dalam Alkitab. Sekarang kepada kita ditawarkan mau atau tidak mendengarkan nasehat yang tiap minggu kita dengar dan renungkan bersama!
·         Hiduplah rukun dan sehati!
Paulus meminta agar Jemaat Korintus dapat sehati dan sepikir, mengesampingkan segala perbedaan dalam rangka fokus mencari kedamaian. Hal ini tidak berarti bahwa kita mengabaikan konflik yang ada, tapi memprioritaskan hidup damai sedemikian rupa sehingga tidak memusingkan masalah-masalah kecil. Ini juga sekaligus berarti kita perlu belajar mengampuni serta berbesar hati. Dalam masalah-masalah prinsip mari kita selesaikan dengan kepala dingin dan hati yang penuh kasih, sedangkan dalam masalah-masalah yang tidak prinsip, marilah kita belajar untuk saling menghargai. Hanya dalam hidup damai itulah kita dapat disebut memiliki persekutuan dengan saudara seiman. Dan seperti yang diungkapkan Pemazmur, di mana saudara duduk diam bersama dengan rukun, ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya (Bnd. Maz. 133:3).
2. Ay. 12: Berilah Salam Kepada Sesama!
Persekutuan yang harmonis adalah idealime yang diinginkan setiap jemaat. Nasehat Paulus inipun mendorong kita untuk melakukan hal tersebut dengan saling memberi salam dengan cium kudus. Mari kita dengan bijak memahami salam ini. Kita menyadari hal ini bukanlah kebiasaan bagi kita, tetapi mari kita mengambil pesan dari kebiasaan itu. Cium kudus adalah tradisi dalam kehidupan di Timur Tengah untuk memberi salam sambil memeluk. Ingatlah, ini adalah ekspresi atau ungkapan keramahan dalam sebuah konteks budaya yang belum tentu sesuai pada budaya lain. Dan yang terpenting bukanlah mempertahankan bentuknya, melainkan maknanya, yaitu menyatakan keramahan. Selain itu juga patut kita perhatikan bahwa Paulus memberi atribut “kudus”. Untuk memahami hal ini, kita dapat mengingat bagaimana cium yang tidak kudus itu, yakni salam cium Yudas kepada Tuhan Yesus di taman Getsemani. Keramahan sejati adalah keramahan yang kudus, tulus dan bagi kemuliaan Allah Tritunggal. Tentu kita juga lebih senang berjumpa dengan orang yang ramah dibanding dengan orang yang kasar. Sekarang kepada kita juga diminta untuk melakukan hal yang sama, yaitu ramah kepada sesama, siapapun.
3. Ay. 13: Kasih Karunia dari Allah Tritunggal Menyertai Kita!
Istilah “Tritunggal” atau “Trinitas” memang tidak terdapat dalam Alkitab, akan tetapi konsepnya dapat kita temui di banyak bagian dari Alkitab, termasuk dalam ayat terakhir dari surat 2 Korintus ini. Paulus menyampaikan doa berkat bagi Jemaat Korintus di dalam nama Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Hal ini menunjukkan pengakuan rasul Paulus terhadap konsep Allah Tritunggal. Bagian ini juga sekaligus menjadi berkat bagi jemaat Korintus. Berkat ini menegaskan bahwa kasih karunia Tuhan kita memberkati dan menyertai kita, sehingga kita menyadari bahwa Dia ada bersama dengan kita.
III. Pokok Diskusi
  1. Kenapa kita perlu bersukacita ketika di dalam duka?
  2. Menurut Saudara, apakah manusia bisa memiliki kesempurnaan? Apakah arti kesempurnaan menurut Paulus pada teks bacaan kita?
  3. Apakah makna dari cium Kudus pada teks bacaan kita? Apakah bentuk lain yang bisa kita lakukan?

IV. Kesimpulan
Kasih karunia dari Allah Tritunggal menyertai kita. Dia di dalam setiap aspek kehidupan kita memelihara kita dan memberkati kita. Kasih karunia itu perlu untuk dilakukan dengan hidup di dalam Firman-Nya. Firman-Nya itu terkandung melalui nasehat para rasul-Nya. Ingatlah Firman-Nya yang mengingatkan kita untuk bersukacita, berusaha, mendengar, serta hidup di dalam Firman-Nya. Ingatlah pula, bahwa keramahan membawa kepada persekutuan yang harmonis. Ramahlah terhadap sesame, sebab itulah salah satu bentuk dari mengasihi. Tuhan memampukan kita untuk melakukan Firman-Nya.
V. Nas Renungan: 2 Korintus 13:13
“Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”

Daftar Pustaka:

Dari berbagai literatur. Tulisan ini tidak memiliki catatan kaki dan perut sebagai daftar pustaka dan daftar acuan karena minimnya ruang.


Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)