Isu Kiamat dan Kekristenan Memahaminya

Kiamat sudah dekat. Itulah judul film yang pernah populer di salah satu stasiun televisi swasta. Film tersebut menceritakan tentang kondisi moral manusia yang bobrok yang diidentikkan dengan gambaran kondisi ketika kiamat akan segera datang. Tidak hanya itu saja. Dunia bahkan dibuat heboh ketika film 2012 diproduksi. Film ini menceritakan bahwa kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012. Prediksi tersebut datang dari ramalan suku Maya berdasarkan kalender mereka yang berusia 5.125 tahun dan habis pada 21 Desember 2012. Jika kita menoleh ke sejarah. Ada seorang tokoh Gereja Advent, yaitu William Miller, yang mencoba menerka kapan terjadinya parousia (kedatangan Yesus kedua kali) (Aritonang, 298). Hitungannya tersebut antara tanggal 21 Maret 1943 dan 21 Maret 1944. Namun parousia yang diterkanya itu tidak terjadi. Miller pun kembali menghitungnya dan menyampaikan bahwa 22 Oktober 1844 akan terjadi parousia. Namun, penghitungan itu pun kembali salah. Selain itu, kita juga ingat dengan sekte Gereja Pondok Nabi yang muncul di Bandung pada tahun 2003, yang dipimpin oleh Mangapin Sibuea. Peristiwa-peristiwa di atas memperlihatkan betapa menariknya isu tentang kiamat, seakan tidak pernah ‘basi’ untuk dibicarakan.
Sebenarnya apa itu definisi kiamat? Uniknya, KBBI pertama kali menjelaskan bahwa kiamat adalah hari kebangkitan sesudah kematian (orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk diadili perbuatannya). Setelah itu, penjelasan yang kedua adalah hari akhir zaman (dunia seisinya rusak dan lenyap). Di dalam diskursus teologi, kiamat diistilahkan dengan eskatologi. Eskatologi berasal dari bahasa Yunani, eschatos berarti terakhir. Kiamat juga disebut sebagai waktu datangnya Yesus kedua kali ke dunia ini (Parousia). Alkitab juga memberikan kesaksian tentang akhir zaman, di mana Yesus akan datang untuk kedua kalinya. Pada saat itu, janji-Nya akan digenapi. Yesus melalui pengajaran tentang kedatangan-Nya dengan perumpamaan. Perumpamaan-perumpamaan itu dapat kita baca di Alkitab.


Kitab Perjanjian Lama memiliki pesan yang seringkali dikaitkan pada akhir zaman. Sekalipun tidak semua ahli biblika setuju dengan pemahaman tersebut. Contoh kitab Perjanjian Lama tersebut seperti Daniel, Yesaya, dan Zakaria. Di dalam Perjanjian Baru sendiri, Kitab Wahyu amat kental isinya dengan gambaran tentang akhir zaman. Oleh sebab itu, banyak orang yang menafsirkan peristiwa akhir zaman akan seperti yang digambarkan oleh Kitab Wahyu. Gambaran tentang akhir zaman tersebut disertai dengan penghakiman dari Allah. Pemaknaan tersebut ditujukan untuk masa depan dan bertolak dari masa lalu (Lembaga Biblika Indonesia, hal. 10). Menurut saya, ada pesan penting yang perlu kita simak atas pesan tersebut bahwa penghakiman ilahi itu pasti terjadi. Hanya mereka yang setia yang akan selamat. Ini pulalah yang menjadi penghiburan bagi mereka yang pada saat itu berada dalam penderitaan karena dikejar-kejar oleh anti-Kristus. Mereka dijelaskan mengalami penampakkan akan kemuliaan surgawi dan kemegahan Yerusalem. Tidak ada sesuatu peristiwa yang kebetulan terjadi, sebab semuanya itu dikuasai Allah secara penuh. Melalui Kitab Wahyu ini pula pembaca akan merasa dikuatkan dan dihibur ketika berada dalam situasi sulit sekalipun. Kita juga diingatkan bahwa kebahagiaan diperoleh melalui partisipasi kita dalam karya penebusan Kristus dan barulah pada saat Yerusalem surgawi muncul dalam kepenuhan kemuliaannya, maka orang-orang yang setia akan menikmati penebusan yang penuh dan sempurna dan saat itu pulalah kejahatan dikalahkan (Lembaga Biblika Indonesia, 18).


Penyingkapan tentang masa depan tersebut dikenal disebut apokaliptik. Umumnya, apokaliptik berkaitan dengan suara kenabian. Nabi yang menjadi juru bicara Allah umumnya menubuatkan peristiwa yang akan datang. Salah satu contohnya, nubuat Yeremia kepada Yehuda (Band. Yer. 2:1-37). Nubuat Amos 1, 2, dan 3. Banyak lagi pasal-pasal di Kitab Perjanjian Lama yang bersaksi tentang nubuat para nabi. Nubuat tersebut berkaitan dengan keadaan sosial mereka saat itu, kemudian melalui mereka Allah menyampaikan penghukuman, penghakiman, dll. (Mowvley, 116-117). Apokaliptik adalah penyingkapan atau penyataan. Sesuatu rahasia disingkapkan. Masa depan disingkapkan melalui keadaan sosial pada saat tertentu. Keadaan konteks membentuk penyingkapan terhadap keadaan di masa yang akan datang tersebut (Mowvley, 116-117).


Injil Matius dan Markus juga memberitakan parousia tersebut. Keduanya senada menjelaskan bahwa parousia itu tidak ada yang mengetahuinya. Sikap menghitung-hitung waktu terjadinya parousia adalah pekerjaan yang sia-sia. Sikap yang tepat dan bahkan yang diajarkan kepada setiap orang percaya adalah mempersiapkan diri. Yang pasti Dia akan datang kedua kalinya, sebab itulah janji-Nya. Sikap mempersiapkan diri banyak dijelaskan di dalam Perjanjian Baru melalui berbagai perumpamaan Yesus. Waktu adalah milik Allah. Dia adalah awal dan akhir. Masa depan adalah milik-Nya semata. Dia tidak bisa ditebak bahkan dijangkau. Yang pasti melalui Yesus kita diberikan pengharapan untuk hidup yang lebih baik ke depan. Manusia membutuhkan pengharapan untuk menjamin masa depannya, sebab manusia itu terbatas. Kenapa kita perlu berharap? Dengan berpengaharapan maka orientasi kita adalah ke depan.


Apa yang terjadi ketika ketika wacana apokaliptik mendapat respon yang salah? Yah, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Beberapa orang mulai mempersiapkan bahan makanannya untuk beberapa waktu yang cukup lama. Sebagian lagi mempersiapkan dirinya untuk bertahan hidup di tengah kesulitan. Bahkan, AS mempersiapkan pesawat – berharga 21 triliun - untuk mengangkut Presiden Obama beserta keluarganya jika dunia ini kimat. Apa yang terlihat dari semuanya ini? Ya! Keegoisan dan individualistis. Akhir zaman yang sudah dekat menyulut manusia untuk mementingkan hidupnya sendiri untuk bertahan hidup. Namun, jika kita pahami secara proporsional, pengharapan apokaliptik seharusnya memperbaharui energi iman, memberi motivasi untuk mewujudkan keadilan, kedamaian, dan belas kasihan (Karman, 43). Hal itu dapat kita nyatakan, salah satunya lewat bantuan kepada saudara-saudara kita yang tertimpa banjir di Jakarta saat ini. Mereka yang tertimpa musibah tersebut mungkin merasa bahwa keadaan tersebut seperti bagian kecil dari kiamat, yang menghancurkan kehidupan mereka. Ingatlah bahwa Kristus juga menderita menanggung dosa-dosa kita. Oleh sebab itu, kita penting untuk mengingat bahwa Kristus bersama dengan kita di tengah musibah yang terjadi. Dengan demikian kita, bisa dikuatkan dalam melalui musibah tersebut.


Manusia perlu untuk menghayati waktu yang dilewatinya. Sadar atau tidak, apa yang kita lakukan dulu, sekarang, akan berorientasi ke masa depan. Dengan menghayati waktunya manusia dapat mensyukuri kehidupannya setiap waktu dengan mengingat pujian KJ 457 “Ya Tuhan, Tiap Jam Ku memerlukan-Mu”. Dengan merenungkan waktu, kita juga diajak untuk merenungkan masa depan kita ke depan, setelah kematian. Saya juga teringat dengan nyanyian dari Buku Ende 528 “Tu Dia Ho dung Mate Ho”. Dengan lagu tersebut bukan berarti tujuan utama kita untuk masuk surga, melainkan kita sadar bahwa hidup kita ini singkat dan punya akhir yang harus dipersiapkan. Bahkan nyanyian ini mengajak kita untuk terus memikirkannya agar dapat mempersiapkan diri.


Hidup untuk berkarya juga memiliki batas waktu (Karman, 41). Sebagai Kaum muda saya memberikan sedikit tanggapan kepada kita Kaum muda. Mari kita gunakan waktu kita ini untuk berkarya untuk memuliakan nama Tuhan. Ingatlah hidup ini singkat. Mari, pakailah masa muda kita untuk berkarya dan melaluinya kita melayani Tuhan. Hiduplah dengan optimis, bukan pesimis. Dengan mengingat Maz. 90:12 kita berdoa “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”. Masa muda adalah masa bermimpi dan mengejar mimpi. Seperti kata Martin Luther Jr., “You have a dream”.
2012 telah berlalu bahkan kita sudah mengijakkan bulan kedua di tahun 2013. Ternyata, ramalan suku maya tidak benar dan sepertinya penafsiran terhadap kalender itu yang kurang tepat jika diterjemahkan sebagai kiamat, melainkan sebagai waktu di mana kalender mereka selama ribuan tahun telah habis. Menghitung kedangan-Nya yang kedua kali adalah tindakan yang sia-sia. Ingatlah tidak ada yang tahu kapan Dia datang dan ingatlah perkataan Yesus, “Berjaga-jagalah”.
Daftar Acuan:
Karman, Yonky. 2011. Membangun Masa Depan Bersama: Sebuah Tinjauan Apokaliptik Perjanjian Lama. Jakarta: STT Jakarta.
Lembaga Biblika Indonesia. 1990. Kitab Wahyu. Yogyakarta: Kanisius.
Mowvley, Harry. 2006. Terj. Agustinus Setiawidi. Penuntun ke dalam Nubuat Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Comments

Popular posts from this blog

Peran Roh Kudus dalam Hidup Orang Percaya (Yohanes 14:15-26)

Mengasihi Musuh (Matius 5:38-48)

Tuhan Adalah Raja (Mazmur 97:1-12)